SERAYUNEWS- Libur panjang Lebaran sering kali menjadi momen yang ditunggu-tunggu oleh banyak orang, termasuk remaja.
Selain menjadi waktu untuk berkumpul bersama keluarga dan melepas penat dari rutinitas sekolah atau kuliah, liburan juga memberi ruang untuk rehat secara mental.
Namun, setelah masa santai berakhir, tantangan baru pun muncul, kembali ke rutinitas harian dengan segala kesibukan dan tekanan yang menyertainya.
Tak sedikit remaja yang mengalami post-holiday blues, yaitu perasaan malas, cemas, bahkan murung saat harus kembali menjalani rutinitas setelah liburan.
Ini bisa disebabkan oleh perubahan ritme aktivitas, perasaan kehilangan kenyamanan saat libur, hingga tekanan tugas akademik yang kembali menumpuk.
Menurut seorang psikolog remaja, Dr. Yuniarti Dwi, perubahan drastis dari suasana santai ke suasana penuh tuntutan bisa berdampak signifikan pada kestabilan emosi remaja.
“Remaja masih dalam tahap belajar mengelola stres. Ketika transisi dari libur ke aktivitas harian tidak disiapkan dengan baik, itu bisa menimbulkan tekanan psikologis,” ujarnya.
Di era digital, media sosial juga turut memberi pengaruh. Banyak remaja merasa tertekan melihat unggahan teman-temannya yang terlihat produktif atau menikmati liburan lebih menyenangkan.
Hal ini dapat memicu perasaan minder, stres, bahkan burnout yang muncul diam-diam.
Faktor lain yang tak kalah penting adalah ekspektasi dari lingkungan sekitar. Setelah libur, remaja dituntut untuk langsung kembali on fire—aktif, rajin, dan fokus. Padahal, secara psikologis, mereka butuh waktu untuk menyesuaikan diri kembali.
Untuk membantu remaja menghadapi masa transisi ini, ada beberapa langkah yang bisa Anda lakukan.
1. Mulai perlahan. Jangan langsung memaksakan diri menyelesaikan semua tugas dalam satu waktu. Prioritaskan yang paling penting terlebih dahulu.
2. Jaga pola tidur. Atur kembali jam tidur agar tubuh tidak kaget saat kembali beraktivitas.
3. Luangkan waktu untuk diri sendiri. Meski sudah mulai sibuk, tetap sisihkan waktu untuk hal-hal yang menyenangkan, seperti mendengarkan musik atau berjalan santai.
4. Bercerita pada orang terdekat. Mengungkapkan perasaan kepada teman, orang tua, atau guru bisa membantu meredakan beban mental.
Kesadaran akan pentingnya kesehatan mental di kalangan remaja terus meningkat, tapi tetap perlu dukungan lingkungan sekitar.
Guru, orang tua, dan teman sebaya memiliki peran penting dalam menciptakan ruang aman bagi remaja untuk mengekspresikan apa yang mereka rasakan.
Setelah masa libur yang menyenangkan, kembali ke rutinitas bukan berarti harus langsung sempurna. Pelan-pelan saja, asal konsisten.
Menjaga kesehatan mental sama pentingnya dengan menjaga prestasi akademik. Kamu sendiri, gimana rasanya kembali ke rutinitas setelah libur panjang?***