
SERAYUNEWS– Ketua DPRD Jateng Sumanto mendorong para petani agar lebih berani berinovasi dalam mengelola lahan dengan meningkatkan penghasilan. Dia mengatakan, sektor pertanian dan pangan bakal menjadi andalan di masa depan dan tak dapat tergantikan oleh kecerdasan buatan.
Hal tersebut Sumanto sampaikan saat berdialog dengan para petani dalam acara Temu Tani di Desa Jatisuko, Kecamatan Jatipuro, Kabupaten Karanganyar, belum lama ini. Dia menambahkan, sektor pertanian akan semakin kuat dan bertahan di tengah perubahan zaman. Sebab, harga komoditas pangan saat ini terus mengalami kenaikan.
“Dulu harga gabah hanya Rp4.500 per kilogram sehingga petani sering impas, bahkan rugi. Sekarang harga gabah sudah Rp7.500 per kilogram sehingga petani untung,” kata politisi PDI Perjuangan tersebut.
Karenanya dia meminta para petani mensyukuri kondisi tersebut dan semakin semangat bertani. Mantan Ketua DPRD Kabupaten Karanganyar tersebut meyakini ke depan harga pangan akan terus naik. Terlebih di tengah ancaman krisis pangan dunia. Menurutnya, masih banyak peluang yang bisa dimanfaatkan petani. Mulai dari penggunaan bibit unggul, penerapan teknologi sederhana, pemanfaatan pupuk organik, hingga menanam komoditas lain seperti sayur mayur yang permintaannya sedang tinggi.
“Saat ini kebutuhan sayur mayur tertentu sedang naik. Apalagi sayur organik punya segmen pasar sendiri. Jangan hanya karena kebiasaan lalu nanamnya padi, jagung, atau ketela terus,” ujarnya.

Sumanto menambahkan, petani juga perlu melihat tren pasar sebab di situlah terdapat peluang yang menguntungkan. Bertani, lanjutnya, kini tak lagi dipandang sebagai pekerjaan tradisional semata. Namun sebagai usaha yang menjanjikan dan penuh peluang.
“Zaman sudah berubah, jadi harus mengikuti. Yang sering terjadi, saat musim tanam cabai, semua menanam cabai. Nanti saat panen harga justru jatuh, yang seperti ini bikin rugi,” katanya.
Anggota DPRD Kabupaten Karanganyar, Budi Santoso juga berpendapat sama. Menurutnya, para petani perlu untuk mencari terobosan agar penghasilannya bisa meningkat.
“Selain bertani, bisa melakukan usaha sambilan seperti beternak ayam. Bisa juga melakukan variasi seperti menanam sayur mayur yang saat ini banyak dicari,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala Desa Jatisuko, Dwi Jangkung Hariyanto mengatakan, kehadiran Sumanto cukup menginspirasi para petani. Menurutnya, apa yang Sumanto sampaikan mengubah pola pikir para petani. Yaitu dari yang semula dianggap mata pencaharian sebelah mata, ternyata merupakan pekerjaan yang menguntungkan.
“Semoga dengan pertemuan ini bisa mengubah mindset para petani yang biasanya banyak dianggap pekerjaan sebelah mata, tapi dengan kedatangan beliau bisa mengubah mindset bagaimana bertani jadi pekerjaan yang menguntungkan. Bahkan bisa untuk mencapai masa depan yang lebih baik,” ujarnya.
Lebih lanjut ia berharap para petani bisa memaksimalkan potensi yang ada di Desa Jatisuko. Salah satunya dengan mencermati tren komoditas pertanian yang sedang banyak dicari.
“Harapannya para petani bisa lebih semangat lagi, lebih berinisiatif, dan bervariasi dalam mengembangkan pertanian,” katanya.
Menurut Dwi, dari sekitar 2.900 penduduk Desa Jatisuko, 50 persennya bermata pencaharian sebagai petani dan peternak. Di desa tersebut terdapat 11 kelompok tani (Poktan) dengan luas lahan pertanian lebih dari 100 hektare. Mereka sebagian besar masih bertani secara konvensional dengan menanam padi, jagung, dan singkong. Hanya sedikit yang menyesuaikan tren dengan menanam sayur mayur. Dengan motivasi dari Sumanto, ia berharap muncul para petani modern.
“Terutama dari generasi muda yang kebanyakan saat ini memilih bekerja di pabrik atau merantau untuk mendapat penghasilan bulanan. Saya berharap mereka tertarik bertani,” katanya.