Purwokerto, serayunews.com
Dalam kesempatan tersebut, Husein menjelaskan, keruhnya aliran Sungai Serayu akibat aliran lumpur dari Waduk Mrica Banjarnegara itu sudah sangat merugikan banyak pihak. Tidak hanya menganggu ekosistem di sungai, bahkan produksi air bersih oleh PDAM di Banyumas dan Cilacap juga jadi terpaksa terhenti.
“PLTA ini tidak ada koordinasi dengan BBWS Serayu Opak, dalam kondisi darurat harusnya ada koordinasi supaya tahu. Karena mungkin panik atau gimana, jadi tanpa adanya koordinasi. Jangan sampai terjadi lagi, nanti harus ketemu antara PLTA Mrica dan BBWS, karena ini bisa terjadi lagi,” ujar dia.
Selain PDAM yang tidak dapat memproduksi air bersih, nelayan yang selama ini menggantungkan hidupnya ke Sungai Serayu juga jadi kesulitan. Mereka tidak bisa mencari tangkapan, karena ikan yang ada pada mabok dengan terdampar dipinggiran sungai hingga mati.
General Manager (GM) Indonesia Power PLTA Mrica Banjarnegara, Ps Kuncoro, mengaku bersalah karena kurangnya koordinasi dalam melakukan pembukaan waduk. Namun demikian, pihaknya siap bertanggung jawab dan mengganti rugi atas dampak flushing atau pembuangan lumpur itu.
“Selama 33 tahun melakukan flushing, baru kali ini ada kejadian seperti ini. Kami tidak mengira akan ada longsoran sampai sejauh itu (ke Banyumas, red),” kata dia.
Kuncoro menambahkan, dari hasil pantauan pihaknya, di bawah air ada semacam gunung yang bertumpuk dari arah dieng dan akhir tahun 2021 air yang masuk Waduk Sudirman bercampur dengan lumpur. Sehingga ketika dilakukan flushing, lumpur tersebut terbawa arus.
“Kami sampai saat ini masih menahan bendungan dan akan koordinasi dengan berbagai pihak, terkait kondisi sedimentasi,” ujarnya.
Pemerhati Lingkungan Sungai Serayu, Edy Wahono menjelaskan, seharusnya kejadian tersebut bisa diantisipasi jika mengacu pada PP 22 Tahun 2021 tentang kewajiban menjaga kelestarian lingungan. Dari pantauannya, kondisi Sungai Serayu saat masih ini sangat keruh, bahkan nyaris seperti adonan bubur sum-sum karena bercampur lumpur.
“Kemarin saya lihat ada ikan endemik Sungai Serayu yakni Sidat seberat 16 kilogram. Sidat ini ikan yang mulai diburu, karena harganya mahal dan paling sulit dipancing. Tetapi kemarin, mati terdampar,” kata dia.(san)