SERAYUNEWS – Surat An-Nas adalah surat terakhir dalam mushaf Al-Qur’an. Surat ini merupakan surat ke-114 dan termasuk surat ke-21 yang diturunkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Bersama dengan Surat Al-Falaq, Surat An-Nas dikenal sebagai Al-Mu’awwidzatain, yang berarti “ayat perlindungan.” Keduanya diturunkan secara bersamaan kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam.
Membaca Surat An-Nas diyakini dapat memberikan perlindungan dari gangguan setan dan hal-hal buruk lainnya.
Oleh karena itu, sebagai seorang Muslim, penting untuk memahami makna Surat An-Nas. Berikut adalah rangkumannya untuk Anda.
Berikut ini adalah kandungan Surat An-Nas menurut Tafsir Al Munir karya Syaikh Wahbah Az Zuhaili, Tafsir Fi Zilalil Quran karya Sayyid Qutb, dan Tafsir Al Azhar karya Buya Hamka:
Surat An-Nas mengandung isti’aadzah (permintaan perlindungan) kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dari segala kejahatan iblis dan bala tentaranya yang dapat menebarkan was-was pada diri manusia, sehingga dapat melalaikan mereka.
Tiga ayat pertama Surat An-Nas menunjukkan tiga sifat Allah Subhanahu wa Ta’ala:
Ketiga sifat ini menunjukkan bahwa hanya Allah yang Maha Pemelihara dan Pencipta. Dia-lah yang merajai dan menguasai manusia, serta hanya Dia-lah yang berhak disembah oleh seluruh umat manusia.
Rasa was-was yang dimaksud dalam Surat An-Nas bisa berasal dari jin atau manusia. Surat ini menjelaskan bahwa setan dapat datang dari berbagai golongan, baik jin maupun manusia.
Dalam Surat An-Nas, Allah disebutkan dengan tiga sifat: Rabb, Malik, dan Ilah untuk meminta perlindungan dari rasa was-was. Keselamatan agama dianggap lebih penting daripada keselamatan jiwa dan raga.
“Bacalah ‘Qul huwallaahu ahad’ (Al-Ikhlas) dan Al-Mu’awwidzatain (An-Nas dan Al-Falaq) di sore hari dan pagi hari sebanyak 3 kali, niscaya engkau akan terjaga dari segala sesuatu (keburukan).” [HR. Ahmad, Tirmidzi dan Nasa’i dari ‘Abdullah bin Khubaib]
“Jika Rasulullah merasa sakit, maka beliau membacakan untuk dirinya Al-Mu’awwidzatain dan meniupkan. Dan ketika rasa sakitnya semakin parah, aku yang membacakan kepada beliau Al-Mu’awwidzatain, lalu aku mengusapkan tangan beliau kepadanya dengan mengharapkan berkahnya.” [HR. Bukhari, Muslim, & Abu Dawud]
“Wahai Uqbah, maukah kuberitahukan kepadamu sebaik-baik surat yang dibaca? Yaitu Qul a’ūzu birabbi al-falaq (yaitu Surat Al-Falaq) dan Qul a’ūzu birabbi an-nās (yaitu Surat An-Nas). Wahai Uqbah, bacalah setiap kali engkau akan tidur dan setiap kali engkau bangun. Tidaklah seseorang meminta dan tidaklah seseorang berlindung dengan surat seperti itu (melainkan dilindungi oleh Allah).” [HR. Hakim]