SERAYUNEWS– Kejutan terjadi dalam survei terkait Pilkada Purbalingga. Elektabilitas pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati Purbalingga, Fahmi Muhammad Hanif dan Dimas Prasetya Hani, terus menunjukkan tren positif dengan grafik naik. Hal itu berdasarkan hasil survei PolMark Indonesia yang merupakan lembaga survei kredibel pimpinan Eep Saefulloh Fatah.
Dari lembaga survei yang sudah malang-melintang di dunia konsultan politik resmi di Indonesia ini menunjukkan bahwa, pasangan nomor urut dua berhasil menyentuh crossing dengan kenaikan 12,7%. Sementara lawannya justru mengalami penurunan hingga -15,3%.
Eko Bambang Subiyantoro, Direktur Riset Polmark Indonesia, menyatakan bahwa hasil survei tersebut berdasarkan 1.200 responden. Adapun metode yang digunakan adalah multistage random sampling dengan margin of error ± 2,9% pada selang kepercayaan 95%.
“PolMark telah melakukan pengambilan sampel dari seluruh wilayah Purbalingga. Adapun semuanya tersebar di 18 kecamatan secara proporsional. Hasilnya, Tren Survei Kabupaten Purbalingga terhadap elektabilitas kedua paslon mengalami perubahan yang signifikan. Perubahan tersebut diketahui setelah dilakukannya dua kali survei, baik terhadap paslon nomor urut satu maupun dua,” ujar dia saat konferensi pers secara daring di Kantor Serayunews Purwokerto, Sabtu (16/11/2024).
PolMark melakukan survei pertamanya pada 11–23 September 2024 dan survei keduanya pada 20–29 Oktober 2024. Berdasarkan kedua survei tersebut, elektabilitas pasangan nomor urut dua menunjukkan tren yang lebih positif dibanding paslon nomor urut satu yang justru sebaliknya (negatif).
Pasalnya, dari hasil survei yang dilakukan dalam 35 hari (24 September – 29 Oktober 24), elektabilitas Fahmi Muhammad Hanif dan Dimas Prasetya Hani naik sebesar 12,7% atau bertambah 0,36 per hari. Hasilnya, yang sebelumnya angka elektabilitas paslon nomor urut dua ini hanya 36,2%, kini naik menjadi 48,9%.
“Naiknya elektabilitas Mas Fahmi dan Mas Dimas dipengaruhi beberapa faktor, seperti pertemuan-pertemuan langsung dengan masyarakat, sosialisasi media luar ruangan, dan pendekatan dengan kalangan muda,” kata Eko.
Meski salah satu faktornya adalah kedekatan dengan anak muda, namun kenaikan elektabilitas Fahmi – Dimas terjadi hampir di seluruh segmen. “Hampir semua segmen mengalami kenaikan, terutama kategori usia anak-anak muda,” ujar dia.
Hasil tersebut berbanding terbalik dengan paslon nomor urut satu, yaitu Dyah Hayuning Pratiwi dan Mahendra Farizal yang trennya justru mengalami penurunan. Menurut hasil survei PolMark, data dalam 35 hari (24 September – 29 Oktober 24), elektabilitas pasangan Tiwi – Hendra turun sangat signifikan, yaitu sebesar -15,3% atau berkurang 0,44 per hari.
“Sebelumnya, pasangan Tiwi – Hendra memiliki elektabilitas 59,5%. Tapi, angkanya terus menurun hingga kini hanya 44,2%. Penurunan grafik elektabilitas paslon nomor urut satu ini menjadi tanda perubahan kemantapan pemilih masyarakat Purbalingga secara umum,” katanya.
Bahkan, perbedaan grafik elektabilitas kedua paslon, yaitu nomor urut satu yang terus menurun dan nomor urut dua yang terus naik menghasilkan crossing. Hasilnya, menurut survei PolMark, pasangan Fahmi – Dimas mengungguli Tiwi – Hendra dalam elektabilitasnya.
“Berdasarkan data survei yang ada, Mas Fahmi dan Mas Dimas sementara unggul. Posisi ini terjadi dengan adanya cross signifikan sehingga menunjukkan tren yang baik untuk elektabilitas Fahmi – Dimas. Apabila pasangan ini mampu menjaga momentum maka berpeluang untuk memenangkan Pilkada Purbalingga 2024,” ujarnya.