SERAYUNEWS – Pemilihan Paus adalah proses yang sudah berusia lebih dari seribu tahun dan berlangsung dengan penuh khidmat serta tradisi yang mendalam. Lantas, bagaimana tahapan konklaf?
Meski demikian, banyak orang bertanya-tanya mengenai tahapan yang harus dilewati dalam pemilihan ini.
Berikut adalah penjelasan tentang tahapan-tahapan dalam konklaf yang akan menentukan pemimpin Gereja Katolik selanjutnya.
Setelah Paus Fransiskus wafat pada 21 April 2025, umat Katolik seluruh dunia kini menantikan siapa yang akan menggantikannya.
Sebagai informasi, konklaf merupakan proses pemilihan Paus. Kemudian, jadwalkan dimulai pada 7 Mei 2025.
1. Kedatangan Kardinal
Konklaf dimulai dengan kedatangan para kardinal di Roma. Meski ada lebih dari 250 kardinal seluruh dunia, hanya mereka yang berusia di bawah 80 tahun yang dapat memberikan suara dalam pemilihan Paus.
Saat ini, ada sekitar 135 kardinal pemilih yang hadir, kecuali jika ada alasan tertentu, seperti kesehatan, yang menghalangi mereka untuk datang.
Para kardinal yang datang akan mempersiapkan diri dengan mengikuti serangkaian acara dan ibadah yang menandai dimulainya konklaf.
2. Misa Pembukaan dan Prosesi ke Kapel Sistina
Pada hari pertama konklaf, para kardinal akan berkumpul untuk mengikuti misa khusus di Basilika Santo Petrus.
Misa ini adalah bagian penting dari rangkaian acara pembukaan, yang menjadi simbol dari pengabdian dan kesucian pemilihan Paus.
Setelah misa, para kardinal akan mengenakan pakaian kebesaran mereka dan berproses menuju Kapel Sistina.
Mereka akan menyanyikan lagu “Veni Creator Spiritus,” sebuah doa permohonan kepada Roh Kudus agar memberikan bimbingan dalam proses pemilihan Paus yang akan dilaksanakan.
3. Sumpah Kerahasiaan
Sampai di Kapel Sistina, tahapan selanjutnya adalah pengambilan sumpah kerahasiaan oleh setiap kardinal.
Sumpah ini diucapkan di atas Injil, sebagai tanda bahwa mereka berjanji untuk menjaga kerahasiaan seluruh proses pemilihan Paus.
Setelah sumpah ini diambil, para kardinal akan diminta untuk menjalani isolasi, di mana hanya mereka yang berhak memilih yang akan berada di dalam Kapel Sistina.
Semua yang bukan kardinal akan diminta keluar dan proses ini akan berlangsung secara tertutup.
4. Pemungutan Suara
Pemungutan suara adalah inti dari konklaf. Proses ini berlangsung dua kali sehari, yaitu pada pagi dan sore hari.
Dalam setiap sesi, kardinal akan menuliskan nama kandidat yang mereka pilih dan memasukkan surat suara mereka ke dalam wadah pemungutan suara.
Setelah itu, suara-suara tersebut akan dihitung oleh tiga orang kardinal yang bertugas sebagai pengawas pemungutan suara.
Untuk bisa terpilih sebagai Paus, seorang kandidat harus mendapatkan dua pertiga dari total suara.
Jika dalam beberapa sesi pemungutan suara tidak ada yang mencapai jumlah tersebut, maka proses ini akan dilanjutkan hingga empat kali sehari selama empat hari.
Jika kebuntuan masih terjadi, para kardinal akan melakukan refleksi bersama dan melanjutkan pemungutan suara.
Bila perlu, pemungutan suara akan hanya pada dua kandidat teratas, mayoritas suara yang lebih sederhana sudah cukup untuk menentukan pilihan.
5. Asap Putih atau Hitam: Isyarat dari Kapel Sistina
Salah satu ciri khas dari proses konklaf adalah tradisi asap. Setiap kali pemungutan suara selesai, surat suara yang digunakan akan dibakar.
Jika tidak ada Paus yang terpilih, asap hitam akan keluar dari cerobong Kapel Sistina, yang menandakan bahwa pemilihan belum berhasil.
Namun, jika ada Paus yang terpilih, asap putih akan keluar, menandakan bahwa dunia kini memiliki Paus baru.
6. Pengumuman “Habemus Papam”
Setelah seorang kardinal terpilih sebagai Paus, ia akan segera mengenakan pakaian Paus di “Room of Tears,” ruangan khusus di belakang Kapel Sistina.
Setelah itu, Paus baru akan kembali ke Kapel Sistina untuk memberikan penghormatan dan doa bersama para kardinal.
Kemudian, Kardinal Protodiakon akan muncul di balkon Basilika Santo Petrus dan mengumumkan kepada umat dengan kata-kata: “Habemus Papam,” yang berarti “Kita memiliki Paus.”
Paus baru akan muncul di balkon dan memberikan berkat apostolik pertamanya, “Urbi et Orbi,” yang berarti berkat untuk kota Roma dan seluruh dunia.
Harapan untuk Paus Baru
Proses konklaf bukan hanya sekedar memilih pemimpin untuk Gereja Katolik, tetapi juga menjadi momen spiritual bagi umat di seluruh dunia.
Selama proses ini, doa dan harapan agar Paus yang terpilih dapat memimpin dengan bijaksana dan penuh kasih selalu hadir.
Dengan dimulainya konklaf pada 7 Mei 2025, seluruh dunia menunggu pemimpin yang akan membawa Gereja Katolik menuju masa depan yang penuh harapan dan kedamaian.
Konklaf adalah simbol dari tradisi dan kontinuitas Gereja Katolik yang sudah berjalan selama ribuan tahun.
Meskipun tahapan ini penuh dengan keheningan dan ketegangan, ia tetap menjadi sebuah proses yang sakral dan penuh makna bagi umat Katolik di seluruh dunia.***