SERAYUNEWS- Teknik cetak tekan melibatkan penggunaan cetakan yang terbuat dari bahan yang kuat, seperti logam atau kayu, kemudian ditekan ke dalam bahan yang lebih lembut, seperti menggunakan tanah liat atau lilin.
Tekanan tersebut memaksa bahan yang lebih lembut untuk mengikuti bentuk cetakan, sehingga dapat menciptakan bentuk yang sesuai.
Jika seniman mengetahui cara yang tepat saat melakukan teknik cetak, dapat menghasilkan detail halus dan presisi tinggi.
Cetakan terbuat dari bahan yang kuat, seperti logam. Seniman dapat mempertahankan bentuk dengan baik dan menghasilkan hasil yang konsisten.
Jadi, penting untuk para seniman mengetahui dan memahai teknik cetak saat membuat patung dari bahan. Yuk, simak penjelasannya di bawah ini.
Seni patung sendiri merupakan karya seni rupa yang berwujud 3 dimensi dengan membentuk bahan bervolume.
Bahan bisa berupa tanah liat, kayu, batu, logam, dan bahan lain dengan menggunakan teknik substraktif, yaitu mengurangi bahan dengan pemahatan, pemotongan, atau pencukilan.
Selain itu, seniman bisa memakai teknik aditif, yaitu menambahkan bahan seperti mengecor dan mencetak. Tedapat dua jenis teknik untuk mencetak patung dengan bahan logam, yaitu teknik bivalve (setangkup) dan a cire perdue (cetak lilin buang)
1. Teknik Bivalve (Setangkup) dengan Bahan Logam
Teknik cetak bivalve adalah teknik mencetak patung dengan bahan logam menggunakan cetakan yang terbuat dari bahan gipsum, batu, campuran semen dan pasir, silikon (untuk bahan cetakan non logam), fiberglass maupun bahan lain yang memiliki sifat bahan sama kemudian rekatkan atau ikat dengan tali di kedua sisinya.
Kemudian, sesudah itu, masukkan lelehan logam ke dalam cetakkan melalui lubang yang berada di bagian atas cetakan. Setelah logam mengeras baru lepas cetakan dan ambil logam. Teknik cetak bivalve ini bisa seniman kerjakan berulang-ulang karena cetakannya tidak hancur
Namun semakin berkembangnya zaman, bahan untuk mencetak patung dengan teknik bivalve tidak melulu menggunakan logam. Anda bisa juga menggunakan bahan cor yang lain, misalnya semen, gipsum, resin atau fiberglass.
2. Teknik A Cire Perdue (Cetak Lilin Buang)
Pada zaman prasejarah, pengrajin Jawa hanya menempa emas dengan palu. Penggunaan panas untuk mengerjakan emas bermula pada abad-abad pertama Masehi. Pengrajin patung sejak zaman prasejarah sudah menguasai teknik cetak lilin buang.
Cara ini pengrajin pakai untuk membuat patung perunggu dan emas. Selain menggunakan teknik A Cire Perdue (cetak lilin buang) untuk membuat patung, pada zaman itu mereka juga menggunakan teknik-teknik lain seperti pengecoran, pengukiran, pemahatan, filigree.
Filigree atau filigrana adalah sebuah jenis pembuatan perhiasan biasanya dari emas dan perak.
Terdapat beberapa tantangan saat menggunakan teknik cetak tekan. Salah satunya adalah membutuhkan cetakan yang kuat dan tahan lama.
Cetakan ini harus mampu menahan tekanan yang kuat tanpa rusak atau deformasi. Oleh karena itu, pembuatan cetakan yang baik dan berkualitas tinggi adalah kunci untuk mencapai hasil yang baik dalam teknik cetak tekan.
Seniman yang melakukan teknik cetak tekan juga membutuhkan keterampilan dan pengalaman yang tinggi, maka penting untuk memiliki pemahaman yang baik tentang bahan yang dia gunakan dan bagaimana bahan akan bereaksi terhadap tekanan.
Dia juga harus memiliki keahlian dalam mengatur tekanan yang tepat untuk mencapai hasil yang diinginkan. Tanpa keterampilan dan pengalaman yang cukup, hasil akhir patung mungkin tidak sesuai dengan harapan.
Teknik cetak tekan digunakan saat membuat patung dari bahan atau sering disebut dengan teknik cetak timbul.
Teknik cetak tekan biasanya berawal dengan pembuatan cetakan atau pola. Cetakan atau pola ini dapat berupa benda apapun, seperti patung kecil, potongan kayu, atau model 3D menggunakan software desain komputer.
Cetakan atau pola ini akan menjadi referensi atau panduan dalam pembuatan patung. Setelah pembuatan cetakan atau pola, bahan patung seperti tanah liat atau plastisin akan seniman letakkan di atas cetakan atau pola tersebut.
Kemudian, dia akan menekan atau membentuk bahan patung menggunakan tangan atau alat khusus untuk membentuk patung sesuai dengan bentuk cetakan atau pola.
Proses ini membutuhkan keahlian dan ketelitian yang tinggi, karena setiap detail patung harus seniman perhatikan dan bentuk dengan presisi.
Setelah pembentukan patung selesai, tahap selanjutnya adalah melakukan finishing atau penghalusan pada permukaan patung. Proses finishing ini meliputi pengamplasan, pemberian warna atau lapisan, dan juga perlindungan agar patung tahan terhadap cuaca dan kerusakan.
Teknik cetak tekan sendiri adalah salah satu teknik pembuatan patung yang cukup populer dan banyak digunakan oleh seniman-seniman patung.
Keuntungan dari teknik ini adalah dapat menghasilkan patung dengan detail halus dan presisi tinggi, sehingga dapat menciptakan karya seni patung yang sangat indah dan realistis.*** (Putri Silvia Andrini)