Purbalingga, serayunews.com
Air menjadi sumber kehidupan, rasanya sudah tidak bisa terbantahkan. Tak ada kehidupan tanpa adanya air. Pun seperti halnya Owabong di Kabupaten Purbalingga. Bersumber dari tiga mata air, menjadikan bertahannya Owabong.
Tiga mata air besar yang mengaliri Owabong yakni Tuk atau Mata Air Wadon, Tuk Cikupel, dan Tuk Pawon. Setiap hari, dari sumber itu mengalir ke kolam-kolam yang ada di Owabong. Itu yang menjadi satu saya tarik, kolam yang bersumber dari mata air langsung.
Entah berapa ratus manusia yang juga akhirnya mendapat sumber pendapatan dari keberadaan Owabong. Entah berapa uang dari hasil wahana berbasis air itu. Tentunya, hidupnya Owabong memberikan penghidupan banyak orang di sekitar aliran air tersebut.
“Ada tiga mata air utama yang mengaliri, yaitu Tuk Wadon, Tuk Cikupen, dan Tuk Wadon,” kata Plt Direktur Owabong Eko Susilo, Minggu (18/03/2023).
Baca juga: [insert page=’pengurus-mui-purbalingga-periode-2023-2028-terbentuk-begini-pesan-bupati-tiwi’ display=’link’ inline]
Air yang mengalir ke kolam-kolam di Owabong, selanjutnya mengalir ke aliran sungai di sekitar Bojongsari. Sehingga tidak ada hal sia-sia dari buangan air Owabong. Karena air murni itu, masih bisa untuk pertanian.
“Setiap hari kita kuras, air buangan kemudian mengaliri pertanian, perikanan, yang dilakukan oleh masyarakat sekitar,” katanya.
Sebagai sumber kehidupan itu lah, maka sudah seharusnya masyarakat merawat dan menjaga mata air tersebut. Sejak puluhan tahun silam, mata air tersebut tidak pernah surut. Benar-benar menjadi berkah bagi Bojongsari, atau Purbalingga secara umum.
“Kita benar-benar menjaga dan merawat. Makanya tradisi ini, bersih sumber mata air, tidak pernah dilewatkan. Ada juga penanaman pohon untuk menjaga keberadaan kandungan air,” kata dia.
Menengok ke belakang, sejarah keberadaan Owabong, awalnya merupakan kolam renang yang dibangun oleh warga negara Belanda pada tahun 1946. Kemudian diambil alih oleh keturunan Tionghoa bernama Kwi Sing.
Pada tahun 2004, kemudian Pemerintah Daerah (Pemda) mengambil alihnya. Saat di pegang Pemda, kemudian areanya makin luas. Tadinya hanya sekitar 1 ha, menjadi 4 ha.
“Sudah 18 tahun usia Owabong, sejak resmi jadi objek wisata,” kata Eko.
Sampai saat ini, Owabong telah mengalami banyak perkembangan. Beragam wahana permainan air, kini telah tersedia. Karena eksistensinya itu Owabong menjadi salah satu ikon Kota Purbalingga.
“Alhamdulillah, pengunjung sudah sangat beragam asal kotanya, hampir menyeluruh dari penjuru tanah air,” katanya.