Serayunews.com
Setidaknya ada tiga yang aku ketahui tentang hiburan berbalut olahraga. Pertama, ada catur Dewa Kipas vs Irine Sukandar. Memang permainan ini serius. Tapi bagi saya unsur menghiburnya yang dijual. Apalagi pertandinhan itu bukanlah kejuaraan, tapi hanya eksibisi. Partai catur itu diinisiasi oleh Deddy Corbuzier.
Kedua, tenis meja antara komika Abdel Achrian dengan Desta. Ajang itu juga eksibisi hanya hiburan. Terakhir ada tinju antara Vicky Prasetyo vs Azka Corbuzier.
Saya melihat ada kesamaan tiga laga itu. Yakni hiburan yang dikemas secara serius. Laga yang tak memperebutkan apa-apa, tapi bisa menyedot perhatian banyak orang di dunia maya.
Bahkan tinju Vicky vs Azka ditonton kalau tak salah 2 juta penonton. Sekali lagi, laga laga itu tak memperebutkan apapun. Tidak kejuaraan apapun. Tidak dalam rangka keluar dari jurang degradasi.
Tapi, mampu dikemas sebagai olahraga yang menghibur. Bagaimana tak menghibur, baru kali ini saya melihat petinju bermain dengan punggung bekas kerokan. Ngakak lihatnya.
Promosi sudah gencar dilakukan sebelum pertandingan. Segala bumbu disiapkan agar bisa menyedot perhatian banyak orang. Singkat kata, hiburan yang serius.
Menjadi kontras dengan sepak bola Indonesia. Tidak semua laga memang, tapi ada yang membetot perhatian saya.
Ada pertandingan Liga 3 antara Bandung United melawan Farmel, Februari lalu. Ada tiga kartu merah aneh bagi pemain Bandung United. Salah satunya hanya karena protes dapat kartu merah.
Pemain Bandung United pun kecewa dan tepuk tangan menyindir kepemimpinan wasit. Padahal ini adalah kompetisi resmi, jelas, ada jenjangnya, dan ada tujuannya.
Tapi terkesan dimainin, tak ada keseriusan dan keadilan. Adakah selain laga Bandung United vs Falmer yang janggal? Ya silakan cari sendiri.