SERAYUNEWS – Puluhan orang menggunakan pakaian serba hitam, berkumpul di sebuah petak hutan lereng selatan Gunung Slamet. Di bawah naungan pepohonan damar di kawasan Dusun Kalipagu, Baturraden, Kabupaten Banyumas mereka duduk, diam, hening, dan hikmat.
Prosesi bernama Werning Sareng, adalah berkontemplasi bersama. Menyatukan pikiran dan hati, menyelaraskan dengan alam semesta. Menuju puncak kesadaran akan hidup dan kehidupan yang dijalani di bumi. Sebuah implementasi dari ajaran leluhur kewargian Lemah Wangi.
Nuansa magic semakin terasa saat kidung jawa dilantunkan. Berlanjut dengan pemanjatan doa kepada Tuhan Yang Maha Esa, sebagai wujud terima kasih atas segala limpahan kenikmatan yang diberikan.
Merupakan rangkaian agenda tahunan ‘Asung Pakurmatan Pepak Merti Bhumi 1958 S’ oleh kelompok masyarakat Kewargian Lemah Wangi, Dusun Kalipagu, Desa Ketenger, Kecamatan Baturraden, Kabupaten Banyumas.
Sebelum telah dilakukan prosesi permohonan restu pada leluhur. Serta prosesi asung sesaji pepak agung. Mempersembahkan sesaji di pusat kawasan situs lemah wangi.
“Merti Bhumi adalah kegiatan rutin tahunan, Merti itu artinya merawat, jadi Merti Bhumi adalah merawat bumi. Filosofisnya bentuk kasih sayang kepada sesama, merawat bumi, merawat kehidupan, ada nilai komunikasinya, ada nilai rasa syukurnya, serta penghormatan kepada leluhur kita,” kata salah satu tokoh kewargian Lemah Wangi, KRT Kuspono, Kamis (01/08/2024).
Kegiatan rutin dilaksanakan di bulan sura. Kegiatan utama yang paling sakral adalah asung sesaji, dan wening bareng. Sesaji mengandung makna siji atau satu atua tunggal. Satu ajaran atau kepercayaan dalam Kejawen yang bermakna menyatunya makhluk dalam menghadap sang Pencipta. Gagasan utamanya adalah bahwa manusia dan alam semesta berada dalam kesatuan ilahiah.
Acara dihadiri oleh banyak kelompok sosial, etnis, dan agama serta kepercayaan. Keanekaragaman yang tetap bersatu padah sebagai wujud dari Bhinneka Tunggal Ika. Namun untuk kali ini, acara pemanjatan doa dilakukan secara Islam.
Pembina Kewargian Lemah Wangi, KRT S Nursanjaya, menjelaskan Lemah Wangi itu adalah salah satu tempat peradaban kuno. Keberadaanya sudah ada sejak 3000 tahun sebelum masehi.
“Itu ada di masa megalitikum, Era Brawijaya Tiga Majapahit. Sebelumnya bernama padepokan agung galuh purba. Dulu para resi dan leluhur mengajarkan budi keluhuran, olah rasa olah kanuragan, ini yang diturunkan. Ada tempat tempat yang di situ mengajarkan ajaran keluhuran atau budi pekerti,” kata dia.
Harapan dari rutin melaksanakan tradisi Merti Bhumi adalah bisa terus mengingatkan perilaku hidup. Bahwa kasih sayang adalah kunci dalam mewujudkan kehidupan, budi pekerti menjadi hal yang harus dimiliki oleh manusia.
Kegiatan Merti Bhumi dilakukan secara rutin dengan harapan bisa tetap menjaga ajaran peninggalan leluhur. Selain itu juga merawat kekayaan budaya bangsa. Serta, tidak menutup kemungkinan bisa memperkuat daya tarik wisata. Sebab, Dusun Kalipagu, Desa Ketenger, merupakan destinasi wisata di Kabupaten Banyumas.