BANJARNEGARA,Serayunews.com-Tradisi takiran merupakan satu budaya peninggalan leluhur bagi warga Desa Karangjati, Kecamatan Susukan. Tradisi ini dilakukan setiap Jumat Kliwon pada penanggalan jawa di bulan Sura (Muharam).
Sesepuh Desa Karangjati Tariwan mengatakan, tradisi takiran ini merupakan satu wujud rasa syukur pada sang pencipta, dimana dalam kegiatan ini ratusan warga desa berkumpul dan membawa nasi takir lengkap dengan lauk yang disajikan di pinggir jalan.
“Tradisi ini sudah turun temurun, kegiatan ini dilakukan setiap Jumat Kliwon pada Bulan Sura, jika pada Bulan Sura tersebut tidak ada Jumat Kliwon, maka takiran dilakukan pada Selasa Kliwon,” ujarnya.
Menurutnya, budaya takiran ini selain ungkapan rasa syukur pada sang pencipta, juga dijadikan sebagai ajang silaturahmi warga, sehingga kegiatan ini dipusatkan di perempatan desa. Hal ini dikandung maksud agar seluruh masyarakat desa mudah berkumpul dan berdoa bersama dalam takiran ini.
“Takir ini hanya simbul, Takir sendiri mengandung makna ‘Nata Pikiran’, artinya kita sebagai manusia ketika akan bertindak harus dipikir dulu, jangan sampai salah mengambil keputusan dalam bertindak,” ujarnya.
Sementara menurut kepala Desa Karangjati Anton P mengatakan, takiran ini tidak hanya makan bersama, melainkan diawali dengan doa bersama seluruh warga dan perangkat desa. Harapannya dengan doa bersama dan kegiatan takiran ini kehidupan masyarakat Desa Karangjati yang mayoritas sebagai petani ini menjadi lebih baik.
“Ini wujud syukur kepada Sang Pencipta dan semoga panen tahun depan lebih baik,” ujarnya.
Menurutnya, berhubung saat ini masih pandemi covid 19, kegiatan takiran berjalan lebih ketat dengan menerapkan protokol kesehatan, mulai dari penataan jarak tenong sebagai wadah takir, mengatur jarak masyarakat yang berkumpul, hingga penggunaan masker bagi masyarakat yang hadir.
“Kita tetap menerapkan protokol kesehatan, dalam doa tadi juga memohon pada sang kuasa agar pandemi ini segera berakhir,” ujarnya. (oel)