SERAYUNEWS – Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP) mendirikan Migran Resource Center (MRC), sebagai pusat layanan untuk membantu kaum migran asal Indonesia. Langkah ini dilakukan mengingat banyaknya pekerja migran, namun banyak juga persoalan yang dihadapinya.
Wakil Rektor IV UMP, Assoc. Prof. Akhmad Dharmawan menjelaskan, inisiatif ini diambil mengingat besarnya jumlah pekerja migran Indonesia yang masih menghadapi berbagai persoalan. Mulai dari perlindungan hukum hingga reintegrasi sosial.
“Indonesia adalah salah satu negara dengan jumlah pekerja migran terbesar di dunia, namun masih banyak persoalan yang belum terselesaikan. Melalui MRC, kami ingin hadir sebagai bagian dari solusi, baik melalui edukasi, advokasi, maupun pendampingan hukum yang terintegrasi,” ungkap Assoc. Prof. Akhmad Dharmawan, dalam rilis tertulis yang diterima Serayunews, Minggu (08/12/2024).
Dia menyampaikan, bahwa delegasi UMP juga sudah melawat ke Serikat Buruh Migran Indonesia (SBMI) untuk menjajaki kolaborasi lebih lanjut. SBMI sebagai organisasi yang berfokus pada advokasi dan perlindungan pekerja migran menyambut baik kehadiran UMP.
Dalam diskusi tersebut, UMP dan SBMI sepakat untuk bersama-sama memperkuat upaya pemberdayaan pekerja migran melalui pendampingan hukum, pengembangan keterampilan, dan edukasi tentang hak-hak pekerja.
“Kami melihat kolaborasi dengan SBMI sebagai langkah strategis untuk memperluas jangkauan program-program MRC. Bersama SBMI, kami yakin bisa memberikan dampak yang lebih luas dalam mendukung pekerja migran dan keluarga mereka,” ujarnya.
Selain itu, lanjut Akhmad Dharmawan, pada Jumat (6/12/2024), dia bersama Dr. Yusuf Saefudin, dan Maizidah Salas juga telah mengadakan audiensi dengan Wakil Menteri Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (P2MI), Dzulfikar Ahmad Tawalla, di Kantor Kementerian P2MI.
Audiensi ini bertujuan untuk memperkenalkan MRC sebagai pusat layanan yang akan memberikan informasi, advokasi, pelatihan, hingga pendampingan hukum bagi pekerja migran dan keluarganya.
Wakil Menteri P2MI, Dzulfikar Ahmad Tawalla, menyambut baik inisiatif UMP dan memberikan apresiasi atas langkah proaktif perguruan tinggi dalam mendukung pekerja migran. Ia menegaskan pentingnya kolaborasi antara pemerintah dan perguruan tinggi untuk menciptakan solusi yang komprehensif bagi perlindungan pekerja migran.
“Kehadiran Migran Resource Center seperti ini sangat kami butuhkan. Kementerian P2MI siap mendukung program-program yang relevan dengan upaya perlindungan pekerja migran, terlebih jika didukung oleh akademisi dan praktisi yang kompeten,” ujar Dzulfikar Ahmad Tawalla.
Selain menjelaskan konsep dan tujuan MRC, perwakilan UMP juga menyampaikan kesiapan mereka untuk mendukung kebijakan kementerian melalui riset, program edukasi, dan layanan langsung kepada pekerja migran.
UMP berkomitmen menjadikan MRC sebagai pusat rujukan yang mengintegrasikan layanan pendampingan hukum, pelatihan, dan advokasi untuk pekerja migran. Dengan dukungan dari Kementerian P2MI dan organisasi seperti SBMI, MRC diharapkan mampu menciptakan perubahan signifikan dalam perlindungan pekerja migran, sekaligus meningkatkan daya saing tenaga kerja Indonesia di kancah global.
“Kami berharap kerja sama yang erat antara UMP dan Kementerian P2MI dapat menciptakan dampak yang signifikan dan berkelanjutan bagi pekerja migran,” tambah Assoc. Prof. Akhmad Dharmawan.
Ketua SBMI, Hariyanto Suwarno, mengapresiasi kunjungan UMP dan menegaskan pentingnya sinergi antara akademisi dan organisasi masyarakat dalam mendukung pekerja migran. “Kolaborasi ini adalah wujud nyata bahwa perlindungan pekerja migran membutuhkan pendekatan multipihak, dan kami senang UMP berinisiatif untuk menjadi bagian dari solusi,” kata dia.