CILACAP,SERAYUNEWS.COM – Warga yang berada di wilayah rawan longsor maupun banjir, diharapkan lebih waspada terhadap bencana tersebut. Pasalnya, kondisi cuaca di wilayah Jawa Tengah diprakirakan terjadi hujan dalam tiga hingga tujuh hari kedepan.
Kepala Kelompok Teknisi Stasiun Meteorologi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Cilacap, Teguh Wardoyo menjelaskan, di wilayah utara ekuator juga sudah mulai muncul badai tropis, salah satunya siklon tropis Jelawat di Samudra Pasifik sebelah timur Filipina serta daerah tekanan rendah di utara Australia yang kekuatannya 999 milibar.
“Kondisi cuaca yang berpotensi terjadi hujan dengan intensitas ringan hingga sedang itu diprakirakan masih akan berlangsung dalam tiga hingga tujuh hari ke depan. Meskipun intensitasnya ringan hingga sedang, hujan yang terjadi berlangsung lama sehingga jika diakumulasikan dalam satu hari bisa masuk kategori lebat,” jelasnya.
Dikatakannya, interaksi tiga gangguan tropis tersebut mengakibatkan terjadinya hujan sejak dua hari terakhir. Akan tetapi dari tiga gangguan tropis itu, pumpun angin paling memberikan dampak terhadap kondisi cuaca di wilayah Jateng.
“Saat ini kalau kita lihat ada pumpun atau pertemuan angin mulai dari barat daya Sumatera, sekitar Jawa, selatan Kalimantan, selatan Sulawesi, dan Papua,” jelasnya.
Terkait dengan musim kemarau, wilayah Jawa Tengah bagian selatan diprakirakan segera memasuki masa pancaroba pada April 2018 mendatang. Saat ini angin baratan masih dominan karena ada badai [siklon tropis Marcus] sehingga anginnya kembali baratan.
“Memang kami prediksikan pada awal bulan April, angin baratannya masih ada tapi sudah variabel, sehingga kami prediksikan sudah memasuki awal pancaroba atau transisi dari musim hujan menuju kemarau khususnya untuk wilayah Cilacap dan sekitarnya,” ujarnya.
Berdasarkan prakiraan awal, wilayah Cilacap dan sekitarnya akan memasuki awal musim kemarau sekitar akhir bulan Juni hingga Juli.
“Ada variasi, ada yang akhir bulan Juni dan ada pula yang bulan Juli. Nanti kami rilis kalau sudah final karena [rilis prakiraan awal musim kemarau] kemarin baru di tingkat pusat, biasanya akan direvisi di tingkat regional,” pungkasnya.