SERAYUNEWS– Fenomena ubur-ubur beracun mulai bermunculan di pantai selatan Cilacap belakangan ini. Bahkan sejumlah wisatawan dilaporkan tersengat hewan bertentakel panjang dan beracun tersebut. Untuk itu, wisatawan agar berhati-hati dan tidak mandi di laut.
Fenomena sengatan ubur-ubur ini juga sudah dilaporkan terjadi di Pantai Teluk Penyu Cilacap. Bahkan beberapa hari terakhir ini sudah ada 3 wisatawan yang tersengat hewan beracun tersebut. Karena pada musim libur sekolah ini, wisata pantai banyak diminati.
Sub Koordinator Lapangan Teluk Penyu Cilacap, Siti Mungawanah menjelaskan, ubur- ubur ini mulai terlihat sejak 3 hari terakhir. Tidak hanya yang mengambang di laut, ubur-ubur juga banyak ditemukan terdampar di pesisir pantai. Karena kurang pengetahuan, terkadang ubur-ubur dengan warna yang mencolok jadi bahan mainan.
“Sudah tiga hari ini ubur-ubur sudah keluar, jadi kami mengimbau ke pengunjung yang masuk, untuk tidak mandi di laut. Atau bagi pengunjung yang melihat ubur-ubur berwarna biru kecil seperti plastik itu jangan dipegang ataupun keinjak itu sangat berbahaya,” ujarnya, Kamis (18/7/2024).
Untuk mengantisipasi sengatan ubur-ubur, pihaknya juga telah memasang rambu-rambu peringatan dan menyiagakan sejumlah petugas di sepanjang Pantai Teluk Penyu. Selain itu, juga disiagakan tim medis dan perlengkapan pertolongan lainnya.
“Kita ada petugas yang berkeliling di tepi pantai dengan membawa alkohol dan tisue. Jadi jika ada yang terkena sengatan ubur-ubur langsung kita berikan pertolongan pertama dengan menyemprotkan alkohol ke area yang terkena sengatan, namun jika efeknya sudah terlalu berbahaya, langsung kita bawa ke Puskesmas terdekat,” imbuhnya.
Diketahui, ubur-ubur bluebottle (Physalia utriculus) mudah dikenali karena berbentuk gelembung berwarna biru dengan tentakel panjang kebiruan. Ubur-ubur ini dikenal dengan krawe, leteh, atau impes.
Sejumlah sumber menyebut, kontak langsung dengan tentakel ubur-ubur ini dapat mengakibatkan rasa sakit yang hebat dan gejala sistemik lainnya. Sengatan ubur-ubur ini mengakibatkan bilur merah disertai pembengkakan dan nyeri sedang hingga parah. Gejala lokal ini dapat berlangsung selama 2-3 hari.
Gejala sistemik sangat jarang terjadi tetapi dapat berpotensi parah meliputi mual, muntah, demam, peningkatan denyut jantung saat istirahat (tachycardia), sesak napas, atau kram otot perut dan punggung.
Reaksi alergi yang parah dapat mengganggu fungsi jantung dan pernapasan, sehingga harus segera dilakukan pertolongan medis profesional.