SERAYUNEWS – Menurut Yudi Latief, aktivis yang pernah menjabat Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), tanggal 22 Desember bukanlah hari ibu dalam pengertian mother’s day. Tanggal 22 Desember adalah hari “gerakan perempuan Indonesia.”
Hari Ibu di Indonesia berakar dari gerakan feminisme pertama yang masif dan terlembaga di Indonesia. Yakni, Kongres Perempuan I, II, dan III pada periode sebelum kemerdekaan.
Perjuangan kesetaraan gender kaum perempuan itu yang kemudian ditetapkan sebagai Hari Ibu.
Berdasarkan keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 316 tahun 1959 yang dikeluarkan oleh Presiden Soekarno.
Sementara itu, Hari Ibu Internasional (mother’s day) berawal dari Anna Jarvis (seorang aktivis perempuan AS) memperingati ibunya yang meninggal pada 1905.
Ann Reeves Jarvis, ibu dari Anna Jarvis, merupakan pelopor Hari Ibu Internasional yang sampai dia meninggal tidak bisa mewujudkan Hari Ibu Internasional.
Dua tahun setelah kematian ibunya, Anna Jarvis mengadakan perayaan Hari Ibu untuk pertama kali pada 10 Mei 1908. Itu dimaksudkan untuk menghormati mendiang ibunya.
Peringatan ini kemudian merambah ke dunia internasional. Konferensi internasional di Kopenhagen pada 1912 menjadi awal terbentuknya Hari Ibu Internasional.
Sampai akhirnya, di tahun 1949 oleh Persatuan Nasional dan Internasional Keluarga di London, Hari Ibu Internasional ditetapkan.
Sejak itu, peringatan ini berkembang pesat dan diadopsi oleh berbagai negara di seluruh dunia.
Setiap hari Minggu kedua bulan Mei, negara-negara di seluruh dunia merayakan Hari Ibu Internasional.
Sebagai penghormatan dan pengakuan terhadap peran luar biasa para ibu dalam membentuk dan mendukung keluarga serta masyarakat.
Indonesia tidak menetapkan Hari Ibu Internasional dalam kalender resmi.
Sementara itu 22 Desember sebenarnya bukanlah hari ibu dalam pengertian mother’s day sebagai simbol penghormatan pada kasih ibu (motherhood), melainkan hari (gerakan) perempuan kebangsaan.
Kalau pun mau disebut sebagai hari “Ibu”, pengertian “ibu” di sini berkaitan dengan kecintaan terhadap “Ibu pertiwi”, bukan sebagai “ibu kandung”.
Namun karena sudah terlanjur salah kaprah menjadikan tanggal 22 Desember sebagai mother’s day, bisa saja kita gabungkan antara “hari gerakan perempuan” dengan “hari ibu”.
Sehingga ucapan terlontar dalam satu nafas, “Selamat Hari Gerakan Perempuan dan Hari Ibu”. *** (O Gozali)