Dari kejadian tersebut, setidaknya 30 rumah mengalami rusak berat, 73 rusak sedang, 92 rusak ringan, 116 terancam, dengan korban luka-luka mencapai 9 jiwa.
“Untuk korban jiwa tidak ada, namun total kerugian akibat bencana ini ditaksir mencapai Rp 2,956 miliar,” katanya.
Menurutnya, jika dibandingkan dengan tahun 2019, jumlah bencana di Banjarnegara mengalami penurunan, dimana pada tahun 2019 terdapat 250 kasus becana dengan kerugian mencapai Rp 7,633 miliar.
“Tahun 2019 lalu ada 250 kejadian yang meliputi tanah longsor 167 kasus, banjir 3 kasus, angin kencang 24 kasus, gempa bumi 1 kasus, kebakaran 54 kasus dan erupsi pegunungan Dieng 1 kasus,” ujarnya.
Dikatakan, pada tahun 2019 lalu, akibat bencana alam ini terdapat 60 rumah rusak berat, 86 rusak sedang, 139 rusak ringan, dan 183 rumah terancam. Sementara untuk korban jiwa, pada tahun 2019 lalu terdapat 2 korban meninggal dunia dan 15 korban luka-luka.
Baca Juga : Tiga Rumah di Gumelem Rusak Diterjang Longsor, Tujuh Rumah Lain dan Satu Musala Terancam
Selain itu, melihat potensi dan iklim yang ada, masih ada kemungkinan penambahan jumlah kasus bencana di Banjarnegara. Mengingat saat ini intensitas hujan di wilayah Banjarnegara masih cukup tinggi. Hal ini diperparah dengan beberapa titik pergerakan tanah dan potensi longsor di sejumlah wilayah yang ada di Banjarnegara.
“Untuk itulah kami tidak pernah bosan mengingatkan masyarakat tetap waspada, apalagi tingginya intensitas hujan sering terjadi pada malam hari,” katanya.