
SERAYUNEWS – Berikut ini adalah informasi tentang contoh puisi Hari Sumpah Pemuda. Setiap tanggal 28 Oktober, bangsa Indonesia memperingati Hari Sumpah Pemuda, momen bersejarah yang menjadi simbol persatuan anak bangsa dari berbagai daerah, bahasa, dan suku.
Pada 2025 ini, semangat itu kembali digaungkan, bukan hanya melalui upacara atau pidato, tetapi juga lewat karya sastra yang menggugah.
Sumpah Pemuda yang diikrarkan pada 28 Oktober 1928 di Batavia (kini Jakarta) menegaskan tiga hal penting: bertumpah darah satu, berbangsa satu, dan berbahasa satu, Indonesia.
Tiga kalimat sederhana itu menjadi fondasi kuat berdirinya bangsa. Kini, hampir seabad kemudian, semangat itu tetap relevan dan perlu diterjemahkan ulang dalam konteks zaman yang serba cepat dan penuh tantangan.
Melalui puisi, nilai-nilai tersebut bisa dihadirkan kembali dengan cara yang emosional dan membangkitkan kebanggaan nasional.
Berikut tiga puisi bertema Sumpah Pemuda yang menggambarkan semangat juang dan cinta tanah air:
Kami, anak negeri pertiwi,
Berdiri tegak di bawah merah putih.
Bukan sekadar nama yang kami bawa,
Tapi tekad dan janji setia kepada bangsa.
Kami bersumpah dalam napas yang sama,
Satu tanah air, satu bahasa, satu cita.
Walau ombak zaman mengguncang jiwa,
Kami takkan goyah menjaga Indonesia.
Waktu boleh berganti rupa,
Namun semangatmu tak pudar di dada.
Darah kami tetap merah yang sama,
Untuk tanah air tercinta, Indonesia.
Hari ini kami berdiri,
di bawah langit biru negeri sendiri,
menatap bendera yang berkibar pasti,
mengingat janji suci yang takkan mati.
Kami bersumpah, bukan dengan kata,
tetapi dengan langkah dan karya.
Kami bersatu tanpa ragu,
menjaga Indonesia hingga akhir waktu.
Wahai tanah air, dengarlah seruan kami,
pemuda hari ini bukan hanya pengagum sejarah,
kami pewaris cita-cita yang luhur,
yang siap berjuang dalam damai dan darah.
Kami masih di sini,
menyambung asa dari masa lalu.
Dari tangan pemuda 1928,
kami genggam obor yang sama, menyala tanpa redup.
Di antara hiruk pikuk zaman digital,
kami tetap memeluk merah putih di dada.
Persatuan bukan hanya kata,
tapi nafas yang menjaga Indonesia tetap ada.
Kami bukan pahlawan,
tapi penerus mimpi-mimpi yang mereka mulai.
Kami masih di sini,
untuk Indonesia yang damai, kuat, dan abadi.
Puisi-puisi tersebut menjadi refleksi bahwa semangat Sumpah Pemuda tak lekang oleh waktu.
Generasi muda masa kini mungkin tidak berjuang melawan penjajah dengan senjata, tetapi perjuangan mereka kini ada di ranah inovasi, teknologi, dan kreativitas.
Menjaga nama baik bangsa di dunia maya, melestarikan budaya lokal, hingga berkontribusi dalam pembangunan sosial, semua adalah bentuk nyata dari sumpah itu sendiri.
Momentum Sumpah Pemuda 2025 bukan hanya peringatan sejarah, tetapi juga ajakan bagi seluruh generasi untuk terus menanamkan nilai-nilai persatuan dan gotong royong.
Lewat puisi, kita diajak mengingat bahwa Indonesia berdiri karena tekad bersama, dan akan tetap kokoh jika semangat itu terus dijaga. Selamat Hari Sumpah Pemuda.***