SERAYUNEWS – Tanda kekerasan finansial menjadi salah satu sinyal yang mesti diwaspadai, lantaran mempunyai dampak yang sama bahayanya dengan kekerasan fisik atau verbal.
Kekerasan finansial adalah bentuk manipulasi dan pengendalian satu pasangan terhadap yang lain melalui penguasaan atau kontrol atas aspek keuangan rumah tangga.
Oleh karena itu, redaksi menyajikan lima tanda utama dari kekerasan finansial dalam rumah tangga, serta penjelasan mengenai apa yang dimaksud dengan kekerasan finansial.
Kekerasan finansial, atau kekerasan ekonomi, adalah bentuk pengendalian di mana satu pasangan mencoba untuk menguasai atau mengontrol keuangan rumah tangga.
Naasnya, seringkali dengan tujuan untuk memperkuat kekuasaan dan dominasi mereka. Bentuk kekerasan ini bisa sangat halus dan tidak selalu mudah dikenali.
Korban kekerasan finansial mungkin tidak menyadari bahwa mereka sedang dikendalikan, karena pelaku sering menggunakan alasan-alasan yang terdengar masuk akal.
Misalnya, seperti “mengatur keuangan keluarga” atau “melindungi keuangan bersama.”
Kekerasan finansial dapat terjadi dalam berbagai bentuk, termasuk mengendalikan akses pasangan terhadap uang, menolak memberi pasangan uang untuk kebutuhan dasar, atau bahkan menggunakan nama pasangan untuk mendapatkan keuntungan finansial tanpa persetujuan.
Dampaknya bisa sangat merusak, baik secara emosional maupun finansial, karena korban dapat kehilangan kemandirian dan merasa terjebak dalam hubungan yang tidak sehat.
Dalam hubungan yang sehat, keputusan keuangan seharusnya diambil bersama-sama, dengan mempertimbangkan kebutuhan dan keinginan kedua belah pihak.
Namun, dalam kekerasan finansial, satu pasangan mungkin mengambil semua keputusan keuangan tanpa berkonsultasi atau meminta persetujuan dari pasangan mereka.
Hal ini dapat mencakup keputusan besar seperti pembelian rumah atau investasi, serta keputusan sehari-hari seperti pengeluaran untuk kebutuhan rumah tangga.
Pelaku kekerasan finansial mungkin mengontrol seluruh pendapatan rumah tangga dan hanya memberikan sedikit atau tidak memberikan uang sama sekali kepada pasangan mereka.
Mereka mungkin menentukan berapa banyak uang yang dapat pasangan gunakan, atau bahkan meminta laporan rinci tentang setiap pengeluaran.
Kontrol sepihak ini dapat menyebabkan pasangan merasa tidak memiliki otonomi atau kebebasan dalam mengelola keuangan sendiri.
Salah satu tanda kekerasan finansial yang jelas adalah ketika pelaku menutup atau membatasi akses pasangan terhadap rekening bank atau aset keuangan bersama.
Ini bisa berarti mengubah kata sandi akun, memindahkan uang ke akun yang tidak bisa pasangan akses, atau membekukan rekening bersama tanpa sepengetahuan atau persetujuan pasangan.
Hal ini membuat korban tidak memiliki akses ke uang yang mereka butuhkan untuk kebutuhan sehari-hari atau keadaan darurat.
Pelaku kekerasan finansial mungkin melarang pasangan mereka untuk bekerja atau mencari penghasilan sendiri.
Mereka mungkin menggunakan alasan seperti “ingin melindungi” atau “mengurus keluarga” sebagai alasan untuk melarang pasangan bekerja.
Dengan cara ini, pelaku memastikan bahwa pasangan tetap bergantung secara finansial pada mereka, sehingga sulit bagi korban untuk meninggalkan hubungan yang tidak sehat.
Kekerasan finansial juga dapat terjadi ketika satu pasangan menggunakan nama atau harta pasangan mereka tanpa izin.
Ini bisa mencakup mengambil pinjaman atas nama pasangan, menjual aset milik pasangan tanpa persetujuan, atau bahkan melakukan penipuan identitas.
Tindakan-tindakan ini dapat menyebabkan korban terlilit hutang atau kehilangan aset penting, yang dapat sangat merusak secara finansial dan emosional.
Itulah lima tanda kekerasan finansial dalam rumah tangga yang mesti Anda waspadai. Semoga informasi ini bermanfaat.***(Umi Uswatun Hasanah)