SERAYUNEWS– Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) jika dibudidayakan di dataran tinggi akan lebih cocok karena suhu dan kelembapan sesuai dengan gaya hidup jamur tiram. Jamur yang satu ini termasuk jamur kayu yang tumbuh menyamping, secara berderet.
Penampakannya seperti kulit kerang yang mekar dengan batang, seperti corong dangkal. Umumnya, dalam budidaya jamur tiram dilakukan dengan media baglog dengan bahan utama ialah serbuk kayu yang dicampur dengan bahan tertentu lainnya.
Namun, bagi Adam Nur Aziz, pemuda asal Desa Sikumpul Kecamatan Kalibening Kabupaten Banjarnegara melihat potensi kopi yang luar biasa di Kalibening. Dia memberanikan diri untuk melakukan uji coba mengganti bahan media tanam jamu dengan ampas kopi.
“Saya sudah beberapa tahun ini usaha budidaya jamur tiram secara konvensional atau dengan serbuk kayu. Namun, melihat potensi, saya mencoba manfaatkan ampas kopi untuk tanam dan berhasil,” katanya, Rabu (31/1/2024).
Menurut Adam, ide manfaatkan ampas kopi berawal dari perbincangan di kafe yang membahas tentang kopi dari tanam sampai cara penyajian bersama sesama pecinta kopi Kalibening. Pada saat itu, dirinya melihat ampas kopi yang teronggok di tempat sampah sehingga muncul ide untuk mencoba dimanfaatkan menjadi media tanam jamur. “Kafe kopi Kalibening sudah langganan jamur untuk makanan ringan teman ngopi. Jika berhasil, tentu ini menjadi usaha yang tidak pernah lekang,” katanya.
Hal tersebut, kata dia, dilihat dari potensi kopi Banjarnegara sangat luar biasa. Sebagai petani jamur dirinya berinisiatif untuk mengolah ampas kopi menjadi media tanam jamur sehingga ampas kopi yang selama ini menjadi limbah menjadi berguna.
Caranya, kata dia, dirinya mengumpulkan ampas kopi dari di setiap kedai atau kafe kopi yang ada di seputaran Kalibening. Setelah terkumpul, ampas kopi jenis apapun baik robusta maupun arabika dijemur untuk mengurangi kadar air.
“Ampas kopi kemudian dicampur dengan bahan baku lain seperti bekatul dan kapur selazimnya baglog serbuk kayu termasuk bentuk baglog, perlakukan sterilisasi, pembibitan, inokulasi untuk miselium. Masa tumbuh hampir sama dengan media dari serbuk kayu. Jadi tidak ada masalah media menggunakan ampas kopi,” katanya.
Uji coba menggunakan media ampas kopi, sudah berhasil dan dirinya sedang merencanakan untuk membuat baglog jamur tiram dalam jumlah banyak. “Dengan inovasi ini harapannya setiap kedai kopi memiliki ruang jamur mandiri dengan bahan baku ampas,” katanya.
Untuk bentuk jamur menggunakan ampas kopi secara sekilas sama atau tidak ada perbedaan dengan serbuk kayu. Sedangkan untuk kandungan jamur yang ditanam menggunakan ampas kopi belum diajukan penelitian. “Yang penting saya tanam dulu dan ternyata bisa tumbuh seperti menggunakan media lainnya,” katanya.
Kepala Desa Sikumpul,Sigit Hidayat mengatakan, adanya inovasi dari Adam merupakan sesuatu yang istimewa dan diharapkan dapat menjadi contoh bagi pemuda lain. Khususnya untuk berani membuat usaha mandiri dengan memanfaatkan yang ada di sekitar rumah.