SERAYUNEWS—- Di Inggris, Partai Buruh yang berhaluan kiri moderat berhasil meraih 404 dari 660 kursi di parlemen. Ketua partai ini Keir Starmer akan menjadi perdana menteri menggantikan Rishi Sunak.
Di Prancis, koalisi sayap kiri New Popular Front (NFP) juga menduduki posisi puncak di putaran kedua dalam pemungutan suara di parlemen.
Kemenangan itu memicu pertanyaan saat gelombang sayap kanan banyak menguasai negara di Eropa. Seperti Italia, Belanda, dan Jerman yang sedang dilanda kebangkitan sayap kanan di negara mereka.
Apakah kemenangan partai sayap kiri di dua negara ini menjadi tanda kebangkitan sayap kiri yang identik dengan sosialisme dan komunisme.
Sejumlah pengamat tidak melihat kebangkitan partai kiri sebagai kemenangan ideologis, tapi lebih karena pragmatisme. Sementara itu, mereka ingin perubahan.
Ada banyak alasan menyebabkan peningkatan populisme ini, yang seringkali unik untuk masing-masing negara.
Namun secara umum, sejumlah negara Eropa mengalami perekonomian lesu, tingginya imigrasi, dan harga energi makin tinggi, yang sebagian disebabkan oleh upaya untuk mencapai posisi nol karbon (carbon net zero).
Profesor politik dari Universitas Exeter di Inggris, Dan Stevens, dikutip CNBC menyatakan ini.
“Tak peduli siapa pun petahana] hanya tak ada ketidakpuasan umum dan keinginan untuk perubahan.”
“Ada sentimen anti-petahana lagi di Eropa,” tambahnya
Senada dengan itu, Koresponden senior urusan internasional Guardian Emma Graham Harrison menyebut kemenangan Partai Buruh memang memberi harapan bagi kaum progresif. Namun, dia mencatat ini lebih bersifat praktis ketimbang ideologis.
Intinya, ada peningkatan ketidakpuasan terhadap kebijakan ekonomi neoliberal yang memangkas daya beli kelas pekerja dan melemahkan kesejahteraan sosial. Karena inilah, partai kiri harapannya bisa membawa perubahan.
Dengan demikian, ramalan Karl Marx belum bisa kita katakan sedang terjadi. Marx pernah berpendapat bahwa sistem kapitalis pasti akan menghancurkan diri sendiri.
Para buruh yang tertindas akan teralienasi dan pada akhirnya menggulingkan para pemilik untuk mengambil kendali atas alat-alat produksi, sehingga melahirkan masyarakat tanpa kelas.***(O Gozali)