
SERAYUNEWS – Meskipun pasar global handphone (HP) seringkali menunjukkan stabilitas harga, meskipun ada tekanan ekonomi dan fluktuasi pajak, sebuah tren signifikan diprediksi akan terjadi pada tahun 2026: kenaikan harga HP yang substansial.
Lonjakan biaya ini tidak disebabkan oleh inflasi biasa, melainkan didorong oleh adopsi Artificial Intelligence (AI) yang semakin meluas dan menjadi fitur inti dalam pengalaman pengguna smartphone.
Agar HP dapat mengintegrasikan dan menjalankan fitur-fitur AI yang canggih secara lokal, diperlukan spesifikasi perangkat keras yang jauh lebih tinggi.
Untuk memahami hubungan antara penerapan AI dan melonjaknya harga ponsel, kita harus meninjau konsekuensi teknis dari implementasi kecerdasan buatan itu sendiri.
Sebagaimana dilaporkan oleh Android Central, smartphone yang ingin mengadopsi banyak fitur berbasis AI membutuhkan kapasitas memori yang sangat besar.
Memori yang dimaksud di sini adalah RAM (Random Access Memory), yang bertugas menyimpan data dari proses aplikasi yang berjalan aktif, bukan penyimpanan jangka panjang (seperti data foto atau video).
AI membutuhkan RAM besar karena harus menyimpan proses kalkulasi yang sedang dihitung, dan mengambil data dari penyimpanan internal dengan kecepatan tinggi untuk akses yang instan.
Masalah krusialnya terletak pada fakta bahwa harga chip memori saat ini sedang meroket. Mengikuti hukum ekonomi dasar, ketika permintaan pasar jauh melampaui penawaran (suplai), maka harga barang akan melonjak tajam.
Perusahaan teknologi raksasa seperti Google, Meta, Amazon, Nvidia, dan OpenAI secara agresif membeli chip memori dalam jumlah masif untuk kebutuhan pusat data AI mereka.
Ketika entitas berskala besar ini membeli puluhan juta unit chip sekaligus, pemasok memori akan memprioritaskan penjualan kepada mereka.
Penjualan ke pusat data AI menawarkan margin keuntungan yang jauh lebih tinggi dibandingkan penjualan ke produsen gadget.
Pemasok memori terkemuka di dunia, seperti Samsung, SK Hynix, dan Micron, tengah mengerahkan seluruh sumber daya mereka ke segmen server AI.
Fenomena ini menyebabkan penawaran harga DRAM (jenis spesifik RAM yang digunakan pada ponsel) telah melonjak tajam, dengan perkiraan kenaikan mencapai 70% hingga 80%.
Beberapa laporan, seperti dari Chosun Biz, bahkan mencatat adanya peningkatan harga hingga 170% dalam kasus tertentu.
Meskipun chip memori (DRAM dan penyimpanan) hanya menyumbang sekitar 10% hingga 15% dari total biaya komponen sebuah ponsel, kenaikan harga yang sangat drastis ini tentu akan memengaruhi harga jual akhir smartphone secara signifikan.
Saat ini, ponsel dengan RAM 8GB atau 12GB mungkin masih dianggap memadai. Namun, seiring bertambahnya beban kerja fitur AI yang semakin kompleks, kebutuhan ruang RAM pasti akan terus meningkat.
Android Police memprediksi bahwa, mau tidak mau, konsumen akan menanggung beban biaya yang lebih tinggi untuk smartphone di tahun mendatang.
Kenaikan harga ini diperkirakan akan sangat terasa pada segmen ponsel kelas menengah yang selama ini memiliki margin keuntungan yang relatif tipis.
Jika produsen memilih untuk tidak menaikkan harga, konsekuensinya adalah fitur-fitur AI pada ponsel tersebut kemungkinan akan disederhanakan.
Demikian informasi tentang alasan harga HP mahal di tahun 2026.***