Sesekali Anas tersenyum melihat karya tangannya sendiri. Goresan canting di kain itu adalah karya pertamanya. Sekalipun tangan masih terlihat kaku, Anas tetap menggerakkannya, mengikuti pola yang sudah ada.
“Rumit, telaten, dan sangat butuh fokus, tapi asyik. Benar-benar harus konsentrasi,” ucapnya di Rutan kelas IIB Purbalingga, Sabtu (17/10/2020).
Sembari berkarya, bayang-bayang masa depan sudah dia siapkan. Ketika bebas dari tahanan dan bermasyarakat kembali, Anas ingin memproduksi batik.
“Saya bersyukur ada pelatihan ini,” katanya. Tapi Anas mengaku perlu pembelajaran dan pendampingan lagi.
Esti, warga binaan lainnya tak kalah antusias. Sepekan pelatihan selalu dia ikuti. Harapannya, akan terlahir karya dari goresan canting di tangannya.
“Batik kan kebanggaan Indonesia yah? Ini akan jadi kenang-kenangan, bikin batik sendiri,” ujarnya dengan rona muka ceria.
Anas dan Esti termasuk dalam 28 warga binaan yang mendapatkan pelatihan membatik usai apel pagi. Mereka berada dalam satu ruangan pelatihan. Pelatihan itu sendiri dilakukan sejak Sabtu (12/10/2020). Pelatihan dipimpin langsung oleh dua pembatik profesional asal Kota Perwira, Titin Wahyuningsih dan Rizki Purwitasari.
“Kita belajar tahapan dasar dalam membatik dulu. Intinya, kalau belajar membatik harus langsung praktik, jangan terlalu banyak teori, nanti cepat ketemu ritmenya,” kata Titin.
Materi pelatihan lebih banyak berfokus pada praktik. Langkah pertama adalah membuat sketsa motif memakai pensil. Setelah jadi, masuk tahap selanjutnya yakni mencanting, mewarna hingga melakukan fiksasi kain batik.
“Dengan pemahaman produksi batik yang lengkap, saya harap teman-teman bisa terus berproduksi,” ujarnya.
Kasubsi Pelayanan Tahanan pada Rutan Kelas IIB Purbalingga, Doni Kristianto berharap keterampilan hasil berlatih membatik bisa bermanfaat. Pelatihan itu, katanya, bisa menjadi modal untuk melakukan aktivitas ekonomi, selepas warga binaan kembali ke lingkungannya.
“Setelah keluar dari rutan, harapannya mereka akan melanjutkan produksi batik dan menjauhi diri dari aktivitas kriminal,” kata Doni.
Kreativitas warga binaan tentu saja bukan hanya membatik. Hal itu bisa dilihat dari showroom kecil yang ada di Rutan Kelas II Purbalingga tersebut. Berbagai karya warga binaan terlihat di showroom itu, di antaranya sapu, beragam model rak pot, vas bunga, miniatur kapal berbahan bambu.