SERAYUNEWS – Apa Isi Roma 13 yang dikutip Nafa Urbach anggota DPR? Situasi politik Indonesia yang tengah memanas akibat demonstrasi besar-besaran di depan Gedung DPR RI pada Senin, 25 Agustus 2025, ternyata merembet hingga ke ranah spiritual di media sosial.
Sejumlah tokoh publik ikut menjadi sorotan, termasuk artis Nafa Urbach yang mendapat kritik keras usai membagikan kutipan dari Kitab Roma 13 ayat 1-7 melalui Instagram Story.
Dalam unggahannya, Nafa menampilkan teks ayat tersebut dengan latar belakang bendera Merah Putih yang berkibar di tengah kerumunan massa.
Nafa Urbach, yang sebelumnya dikenal sebagai aktris dan penyanyi populer era 90-an, kini resmi menjabat sebagai Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI periode 2024–2029 mewakili Partai NasDem dari daerah pemilihan Jawa Tengah VI.
Ia dilantik pada 1 Oktober 2024 dan ditugaskan di Komisi IX, yang bertanggung jawab atas isu-isu kesehatan, ketenagakerjaan, dan jaminan sosial
Roma 13 ayat 1-7 secara garis besar menekankan pentingnya setiap orang tunduk kepada pemerintah, dengan keyakinan bahwa semua penguasa telah ditetapkan oleh Allah.
Pesan itu lantas menimbulkan perdebatan panas, karena dianggap tidak peka terhadap aksi masyarakat yang sedang menolak kenaikan tunjangan DPR.
Banyak warganet menilai sikap Nafa sebagai bentuk pembelaan terhadap elit politik. Hal ini juga diperparah dengan rekam jejaknya yang sebelumnya sempat mendukung usulan kenaikan tunjangan rumah anggota DPR sebesar Rp50 juta per bulan.
Salah satu akun di platform X bahkan menulis pedas bahwa unggahan Nafa seolah “memaksa rakyat untuk tunduk kepada pemerintah.”
Namun, kritik tidak berhenti di situ. Sejumlah netizen yang juga memahami isi Alkitab membalas unggahan tersebut dengan menggunakan ayat-ayat tandingan.
Mereka menilai Roma 13 tidak bisa dipahami secara sepihak, melainkan harus dipandang dalam konteks tanggung jawab moral seorang pemimpin.
Akun @XyLom***, misalnya, menyarankan agar Nafa membaca Yesaya 10 ayat 1-2, yang berisi peringatan keras bagi pemimpin yang membuat keputusan tidak adil dan merampas hak kaum lemah, termasuk janda dan anak yatim.
Sanggahan itu kemudian bergulir lebih luas. Akun lain, @balenvi***, menekankan pentingnya menempatkan setiap ayat dalam konteksnya, agar tidak digunakan secara keliru untuk membenarkan situasi politik tertentu.
Hal ini menunjukkan bahwa diskusi seputar unggahan Nafa tidak hanya soal politik, tetapi juga menyentuh ranah interpretasi teks agama yang lebih dalam.
Kontroversi ini memperlihatkan bagaimana isu sosial dan politik bisa berkelindan dengan tafsir keagamaan, terutama ketika tokoh publik ikut bersuara.
Respon warganet yang keras sekaligus menjadi pengingat bahwa masyarakat tidak hanya kritis terhadap kebijakan pemerintah, tetapi juga terhadap tokoh yang berusaha mengaitkan legitimasi politik dengan ajaran spiritual.
Demikian informasi tentang isi Roma 13 yang dikutip Nafa Urbach anggota DPR.***