SERAYUNEWS – Di era yang serba cepat dan penuh tekanan ini, isu kesehatan mental semakin sering menjadi sorotan, termasuk di kalangan peserta didik.
Tuntutan akademik yang tinggi, persaingan antar teman, serta perubahan sosial dan teknologi yang cepat kerap kali membuat banyak siswa merasa terbebani.
Pertanyaannya, apakah peserta didik melihat gangguan kesehatan mental sebagai masalah yang serius?
Jawaban atas pertanyaan ini sangat penting untuk memahami kesadaran dan kepedulian mereka terhadap isu ini, serta bagaimana dunia pendidikan bisa merespons.
Gangguan kesehatan mental yang tidak ditangani dengan baik dapat memiliki dampak serius pada kehidupan akademik dan sosial peserta didik.
Stres kronis, kecemasan, atau depresi dapat mengganggu konsentrasi, menurunkan motivasi belajar, dan bahkan menyebabkan penurunan prestasi akademik.
Tidak sedikit peserta didik yang merasa terjebak dalam lingkaran tekanan, di mana mereka merasa tidak mampu menyelesaikan tugas-tugas sekolah atau menghadapi ujian dengan baik.
Dikutip dari buku Deteksi Dini Gangguan Jiwa: Konsep & Aplikasinya Berbasis Android oleh Kissa Bahari, Esti Widiani, dan Rahmadyo Yudhi Prabowo (2024:60), masalah kesehatan mental pada siswa dapat mencakup berbagai gangguan kecemasan, depresi, gangguan perilaku, dan gangguan perkembangan.
Sayangnya, tidak semua peserta didik memiliki akses ke dukungan yang memadai.
Meskipun banyak yang menyadari bahwa mereka menghadapi masalah, mereka sering kali tidak tahu harus mencari bantuan ke mana atau takut untuk meminta pertolongan karena khawatir akan penilaian orang lain.
Ada beberapa alasan mengapa peserta didik perlu memandang kesehatan mental sebagai masalah yang serius:
Kesehatan mental yang terganggu dapat memengaruhi banyak aspek kehidupan siswa, dari kesejahteraan emosional hingga kemampuan mereka dalam menghadapi tantangan sehari-hari.
Masalah mental yang tidak tertangani sering kali berdampak langsung pada performa akademik. Peserta didik dengan masalah kesehatan mental cenderung mengalami penurunan motivasi, kesulitan konsentrasi, dan pada akhirnya prestasi yang menurun.
Gangguan kesehatan mental yang tidak ditangani sejak dini bisa memiliki efek jangka panjang. Apa yang dialami peserta didik saat ini dapat terbawa hingga dewasa dan memengaruhi karier, hubungan pribadi, serta kualitas hidup secara keseluruhan.
Banyak studi menunjukkan bahwa gangguan mental seperti kecemasan dan depresi dapat memengaruhi kesehatan fisik.
Hal ini karena kesehatan mental dan fisik saling terkait, dan peserta didik perlu memahami bahwa menjaga keseimbangan mental sama pentingnya dengan menjaga kebugaran tubuh.
Untuk memastikan bahwa peserta didik memandang kesehatan mental sebagai masalah yang serius dan mengatasi gangguan mental dengan tepat, beberapa langkah perlu diambil:
Sekolah perlu meningkatkan edukasi terkait kesehatan mental melalui pelajaran, diskusi, atau seminar yang melibatkan ahli. Ini akan membantu meningkatkan kesadaran dan pemahaman peserta didik mengenai pentingnya menjaga kesehatan mental.
Penyediaan layanan bimbingan konseling yang efektif dan mudah diakses merupakan langkah penting. Siswa harus merasa nyaman dan aman untuk berbicara dengan konselor atau guru tentang masalah yang mereka hadapi.
Peningkatan kesadaran mengenai kesehatan mental harus disertai dengan upaya mengurangi stigma.
Lingkungan sekolah yang terbuka dan tidak menghakimi akan membuat peserta didik lebih berani mencari bantuan ketika mereka mengalami masalah.
Peran keluarga juga sangat penting. Orang tua perlu dilibatkan dalam diskusi mengenai kesehatan mental sehingga mereka dapat memberikan dukungan yang tepat kepada anak-anak mereka.
Dengan adanya dukungan yang tepat, baik dari sekolah, keluarga, maupun masyarakat, peserta didik dapat mengembangkan pemahaman yang lebih baik tentang pentingnya menjaga kesehatan mental.
Lingkungan yang mendukung dan bebas stigma akan mendorong siswa untuk lebih terbuka dalam menghadapi dan mengatasi masalah mental yang mereka hadapi.***