SERAYUNEWS – Bagaimana cara request menu MBG? Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang digagas Presiden Prabowo Subianto menjadi salah satu langkah strategis pemerintah untuk mendukung visi Indonesia Emas 2045.
Program ini menyasar pelajar mulai dari sekolah dasar hingga menengah, dengan memberikan makanan bergizi yang diolah dan didistribusikan langsung ke sekolah.
Tujuannya jelas, yaitu memastikan generasi muda mendapatkan asupan nutrisi yang baik demi menunjang perkembangan fisik, konsentrasi belajar, serta prestasi akademik.
Di balik hadirnya kotak makanan MBG yang diterima siswa setiap hari, terdapat proses panjang yang dikerjakan tim dapur.
Umumnya, setiap dapur telah memiliki ahli gizi yang bertugas menyusun menu, memperhitungkan kadar gizi, serta memastikan keamanan makanan.
Proses ini meliputi pemilihan bahan, persiapan (preparation), memasak, pengemasan (packing), hingga pendistribusian ke sekolah-sekolah.
Bahkan setelah selesai, wadah makanan atau ompreng dibersihkan kembali agar siap dipakai pada hari berikutnya.
Menariknya, siswa penerima MBG ternyata juga diberi kesempatan untuk request menu makanan yang ingin mereka nikmati di kemudian hari. I
nformasi ini terungkap melalui unggahan akun Instagram @mediambg.id, yang memperlihatkan sebuah kertas kecil berisi catatan permintaan menu di dalam ompreng kosong setelah makanan dikonsumsi. D
ari situ diketahui, siswa cukup menuliskan masakan yang diinginkan dan menyelipkannya ke dalam wadah makan. Jika memungkinkan, permintaan tersebut akan dipertimbangkan oleh pihak dapur untuk diwujudkan di hari-hari selanjutnya.
Meski begitu, perlu dicatat bahwa tidak semua permintaan menu bisa langsung dikabulkan. Ada beberapa faktor yang harus menjadi pertimbangan utama. Pertama, aspek gizi karena program MBG berorientasi pada penyediaan makanan sehat dengan nutrisi seimbang.
Kedua, masalah anggaran, sebab biaya setiap menu telah diatur dengan ketat agar bisa menjangkau semua penerima. Ketiga, kesanggupan tim dapur dalam mengolah masakan tertentu yang mungkin membutuhkan bahan khusus atau proses lebih rumit.
Walau ada keterbatasan, opsi request menu ini tetap menjadi hal menarik bagi para siswa.
Selain memberikan rasa dihargai karena pendapat mereka diperhatikan, cara ini juga membuat program terasa lebih interaktif dan menyenangkan. Siapa tahu, menu favorit yang mereka tuliskan bisa benar-benar hadir di meja makan sekolah pada keesokan harinya.
Di sisi lain, kesempatan ini juga bisa menjadi sarana edukasi bagi siswa. Dengan menuliskan menu yang sehat dan seimbang, mereka diajak untuk lebih peduli terhadap pilihan makanan yang tidak hanya enak, tetapi juga bermanfaat bagi tubuh.
Pihak sekolah dan guru pun bisa ikut mengarahkan anak-anak agar request menu tidak sekadar berbasis selera, melainkan tetap memperhatikan kandungan gizi.
Program MBG sendiri sebelumnya sempat menjadi sorotan publik karena dinilai mampu meningkatkan konsentrasi belajar siswa.
Beberapa penelitian bahkan mengaitkan konsumsi makanan bergizi dengan peningkatan kemampuan di bidang matematika dan bahasa.
Namun demikian, kasus dugaan keracunan makanan di sejumlah daerah juga menjadi pengingat bahwa kualitas dan pengawasan tetap harus diperketat.
Secara keseluruhan, adanya peluang request menu pada program MBG bisa dianggap sebagai inovasi kecil yang memberi warna dalam pelaksanaan program nasional ini.
Dengan catatan, permintaan tetap harus disesuaikan dengan standar gizi dan kemampuan dapur.
Bagi siswa, tidak ada salahnya mencoba menuliskan makanan favorit mereka, karena siapa tahu suatu hari nanti, menu tersebut benar-benar masuk ke dalam daftar sajian MBG.***