Kepala Dinas Pertanian (Dinpertan) Kabupaten Banyumas, Widarso, mengatakan 500 hektar lahan pertanian tersebut terbagi di wilayah Kecamatan Kemranjen, Sumpiuh, dan Tambak.
“Di kecamatan itu kebetulan petani baru mengolah lahan. Namun, meski tidak terlalu terdampak, masa tanam mereka mundur, karena seharusnya dimulai seminggu lalu,” ujar dia, Selasa (10/11).
Meski demikian, keterlambatan ini tidak begitu parah, kerena jika membandingkan musim tanam tahun lalu para petani di tiga kecamatan itu baru memulai penanaman padi pada bulan Desember.
Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Pekerjaan Umum (PU) Wilayah Tambak-Sumpiuh, Edy Furyanto mengatakan, lahan pertanian yang paling banyak terendam banjir yakni di Kecamatan Sumpiuh. Tercatat 409 hektare yang terendam. Luasnya lahan yang terdampak karena adanya beberapa Daerah Aliran Sungai (DAS) yang perlu diperbaiki serta adanya pendakalan dan penyempitan sungai.
Edy merinci, untuk daerah persawahan lain yang terdampak banjir yakni di Kecamatan Kemranjen ada di Desa Grujugan dimana lahan seluas 115 hektar terendam. Di Desa Sirau seluas 225 hektar sawah terendam.
“Di Kecamatan Tambak ada area pertanian seluas 30 hentar yakni di Desa Gumelar Kidul, di Desa Karangpetir ada 50 hektar, Karangpucung 20 hentar, dan Gebangsari 40 hektar,” ujar dia.
Sementara itu, untuk wilayah Kecamatan Sumpiuh sendiri, area pertanian yang terendam, paling banyak di Desa Kuntili ada 100 hektar. Di Desa Kemiri 90 hektar, Desa Karanggedang 60 hektar, Pandak 50 hektar, Lebeng 20 hektar, Selandaka 30 hektar, dan di Kelurahan Sumpiuh 49 hektar.