SERAYUNEWS- NELANGSANI, kalimat itu kiranya pantas terucap apabila mendengar keluh kesah Edi Khotib dan Asyiah, warga Desa Sirukun Banjarnegara.
Edi Khotib mengatakan, dia sangat berharap uluran tangan dan bantuan terkait kondisi keluarganya. “Selain sakit menahun, anak pertama saya, Marno menderita gangguan jiwa dan berpisah dengan istri dan anaknya sampai saat ini,” katanya, Minggu (11/2/2024).
Marno (30) merupakan anak pertama Edi yang mengalami gangguan jiwa sejak 2014 silam. Dia terkena tekanan mental yang selalu ingin mencukupi kebutuhan istri dan anaknya, serta keluarganya.
“Marno gangguan jiwa tahun 2014, saat dia bekerja di Jakarta. Tiba-tiba ada kabar Marno sakit dan dia pulang dalam keadaan terikat karena suka jalan sendiri,” katanya.
Edi memiliki dua orang anak, selama ini anak keduanya yang mencari uang untuk menutup kebutuhan keluarga. Anaknya yang nomor 2 ini rutin berkirim uang Rp 500-700 ribu per bulan.
“Kebutuhan yang sangat mendesak adalah kebutuhan makan untuk Marno, karena punya gangguan jiwa. Selain makan yang sangat banyak, kebutuhan lain seperti sembako dan menyan yang harus tersedia. Belum untuk biaya transportasi untuk kontrol sebulan sekali ke rumah sakit di Banyumas,” katanya.
Edi sendiri sudah setahun ini tidak bekerja, karena penyakitnya yang makin parah. Bebannya bertambah, karena Marno butuh perhatian khusus. Sehingga untuk pendapatan keluarga, Edi hanya mengandalkan kiriman dari anak keduanya.
“Saya dulu pedagang ikan hias di Tegal. Makan sehari-hari hanya mengandalkan kriman dari anak, itu juga kurang karena dia juga sudah berkeluarga,” katanya.
Dia rutin mengantar Marno ke rumah sakit di Banyumas, naik angkutan umum dan berangkat sehari sebelum jadwal kontrol. Selain untuk kontrol anaknya, dia juga ikut kontrol penyakitnya, sehingga pernah sampai drop dan harus ikut perawatan di RS.
“Setiap kontrol, sangune pas-pasan. Saya dan Marno sering tidur di kursi tunggu rumah sakit, karena jika berangkat pas hari kontrol takut tidak sampai tepat waktu. Risikonya anak akan telat obat,” katanya.
Beruntungnya, dia dan keluarganya sudah memiliki kartu Indonesia sehat atau KIS dari Pemdes Sirukun.
Karena tidak ada uang lebih, saat kontrol dia tidak bisa menyewa kendaraan dan memilih berangkat naik angkutan umum. Dia berangkat sehari sebelumnya, tidur di ruang tunggu rumah sakit.
“Terpenting Marno bisa makan, tidak bikin gaduh di rumah sakit. Saya nginap bareng Marno sampai satpam rumah sakit hapal dengan kami. Jika bukan saya, siapa lagi yang mengantar Marno. Karena istri momong cucu dan jaga rumah, sambil bekerja serabutan,” katanya.
Asiyah, istri Edi Khotib mengatakan, sebagai istri dan ibu, dia mengaku sangat sedih melihat kondisi suaminya yang sakit-sakitan. Belum lagi anak pertama mereka, juga kena kelainan jiwa.
“Sedih bingung jadi satu. Harus bagaimana lagi, saya tidak tahu. Hanya menjalani dan berusaha mencari solusi, walau terpaksa utang sana sini,” katanya.
Rencananya, 23 Februari 2024 nanti suaminya dan Marno akan kontrol. Tapi hingga saat ini, belum tahu dari mana uang untuk biayanya nanti.
“Pernah dapat bantuan dana sosial tahun 2022. Dan minggu kemarin juga dapat bantuan beras 10 Kg. Bantuan itu sangat berarti bagi kami,” katanya.
Kepala Desa Sirukun Kalibening Banjarnegara, Karpi mengatakan, desa sudah memberikan bantuan banyak hal terkait kondisi Marno yang memiliki gangguan jiwa.
“Kami sudah membuatkan KIS untuk keluarga tersebut, setidaknya mengurangi biaya berobat mereka. Untuk kebutuhan berkelanjutannya, kami masih menggalang komunikasi dengan pihak lain apakah bisa kontrol selain di Banyumas,” katanya.
Kondisi keluarga Edi Khotib dan Asiyah, warga Desa Sirukun Banjarnegara ini, dapat atensi dari DinsosPPPA Banjarnegara.
Kepala Dinas Sosial Banjarnegara, Aditya Agus Satria mengatakan, pihaknya langsung mengutus TKSK Kecamatan Kalibening untuk melakukan assesment pada keluarga tersebut.
“Negara melalui Dinas Sosial, sudah membantu sesuai amanat undang-undang. Salah satunya menjamin pengobatan melalui KIS. KIS merupakan program jaminan kesehatan bagi penduduk kurang mampu,” katanya.
Untuk bantuan lainnya, kata Adit, dinas sedang berupaya mencarikan solusi untuk meringankan beban keluarga tersebut.
“Kami akan upayakan solusi semaksimal mungkin,” katanya.