Purbalingga, serayunews.com
Paguyuban PKL Kabupaten Purbalingga, Suharno menyampaikan keluhannya. Para pedagang menginginkan, selama PPKM Darurat jangan ada penutupan akses jalan. Sebab hal itu akan lebih memberikan dampak terhadap hasil jualan.
“Kalau bisa jangan ada penyekatan, terutama kuliner, termasuk di Purbalingga Food Centre (PFC),” kata Suharno.
Disampaikan, bahwa selama masa Pandemi, dan tidak ada penyekatan jualan pun sudah sepi. Disadari bahwa daya beli masyarakat memang menurun drastis. Banyak faktor yang mempengaruhi. Baik warga takut covid-19, bisa juga memang karena ekonomi yang lesu.
“Jeritan kami sehari-hari selama pandemi dan khususnya PPKM yaitu kunjungan pembeli menjadi sepi. Kita paham daya beli masyarakat menurun dan ada yang takut sekali pada Covid-19,” ujarnya.
Pihaknya juga memahami aturan jika selama PPKM Darurat harus taat kepada aturan pemerintah. Namun setidaknya ada perhatian khusus kepada PKL Kuliner. Diantaranya, jangan sampai mereka tutup.
“Pemerintah mungkin bisa memberikan kemudahan lagi. Karena kami masih memikirkan kebutuhan keluarga, termasuk mungkin angsuran pinjaman dan lainnya. Jelas teman-teman PKL kuliner kesulitan,” katanya.
Diketahui, untuk PFC, sesuai data di Paguyuban ada 369 pedagang. Mereka sudah merasakan dampak pandemi ini setahun lebih. Meski sempat fluktuatif pendapatannya, namun banyak sepinya. Saat ini juga ada pembatasan jam operasional maksimal sampai jam 9 malam. Lalu diminta tidak makan/minum di tempat. “Sangat terasa. Apalagi kalau cuaca sedang tidak mendukung. Semakin terasa,” katanya.
Seperti diketahui, warung makan dan restoran diminta tidak melayani makan di tempat. Ijin operasional dibatasi hingga pukul 21.00wib. Semua mengutamakan dibungkus dan dibawa pembeli. Hal itu sesuai revisi SE Bupati tentang PPKM Darurat terbaru.