SERAYUNEWS — Beras merupakan komoditas strategis dalam ekonomi Indonesia karena merupakan sumber makanan pokok bagi mayoritas penduduk Indonesia. Gangguan produksi dan distribusi bisa memicu masalah ekonomi, sosial, dan politik.
Melambungnya harga beras saat ini menjadikan pemandangan rakyat antri beras murah terlihat di mana-mana. Sesuai hukum ekonomi, mahalnya beras karena persediaan beras yang menipis. Apakah bansos menjadi penyebabnya ?
Pemerintah Pusat membantah bansos menjadi penyebab masalah ini. Menurut Presiden Jokowi harga beras naik karena produksi yang berkurang. Di Indonesia, produksi berkurang karena perubahan iklim yang ekstrim. Hal itu membuat gagal panen terjadi.
“Kita tahu harga beras di seluruh negara sekarang naik. Tidak hanya di Indonesia saja tapi di seluruh negara. Kenapa naik? Karena ada yang namanya perubahan iklim, ada yang namanya perubahan cuaca sehingga gagal panen, produksi berkurang sehingga harganya jadi naik,” ungkap Jokowi di Banten (19/2/2024).
Penjelasan ini seolah melengkapi bantahan sebelumnya. Tidak ada hubungannya dengan program bantuan beras pangan pemerintah. Jokowi menekankan beras langka di pasaran karena suplai.
“Nggak ada hubungannya, tidak ada hubungan sama sekali dengan bantuan beras pangan. Tidak ada hubungannya sama sekali,” kata Jokowi di Jakarta (15/2/2024).
Berbeda dengan Presiden Jokowi, Pemkot Yogyakarta justru menuding Bansos yang pemerintah gelontorkan menjadi salah satu pemicu kenaikan harga beras di wilayahnya.
Kepala Bidang Ketersediaan, Pengawas, dan Pengendalian Perdagangan Dinas Perdagangan Kota Yogyakarta Sri Riswanti menyebut besarnya kebutuhan untuk program bansos turut mempengaruhi stok beras di daerahnya.
“Itu (bansos) tidak bisa dipungkiri karena memang ada kebutuhan yang tiba-tiba dan dalam jumlah banyak secara bersamaan. Pasti secara ketersediaan pasar itu berpengaruh,” kata Sri di Balai Kota Yogyakarta (20/2/2024).
Pernyataan Pemkot Yogyakarta ini seakan membenarkan analisa Direktur Center of Economic and Law (CELIOS) Bhima Yudhistira, kelangkaan beras memang karena stoknya pemerintah gunakan untuk bansos.
Menururnya, pemerintah sudah melakukan impor beras jor-joran hingga 3 juta ton pada 2023 dengan tujuan mengamankan stok tahun ini. Jadi, Bhima menilai tidak masuk akal bisa habis masyarakat beli karena pemerintah pasti sudah mempertimbangkan kebutuhan sebelum panen raya.
“Ada kaitan antara beras bansos dengan beras di pasaran. Jadi terjadi perebutan dan itu memang benar,” tutup Bhima.
Tahun 2022 kita punya pengalaman serupa dengan komoditi berbeda. Saat itu harga telur ayam di Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) tembus di harga Rp30.000 per kilogram. Pedagang menyebut, kenaikan karena stok telur menipis imbas diborong untuk bantuan sosial (Bansos) program keluarga harapan (PKH).
“Menurut informasi yang saya terima karena untuk memasok PKH jadi kebutuhan telur digunakan untuk memenuhi PKH. Biasanya kalau PKH sudah terpenuhi nanti harga kembali turun,” kata salah serang pedagang bernama Tri Kustini di kawasan Pasar Bendungan, Kapanewon Wates, Kulon Progo (22/8/2022).
Pendapat tadi dibenarkan pedagang lain Sri Lestari. Dia mengatakan kenaikan harga ini karena stok telur di pasaran menipis setelah diborong untuk memenuhi PKH.
“Barangnya langka, soalnya diambil buat PKH, Mas,” kata Sri.
Presiden Jokowi dan mungkin pejabat lain di Pusat boleh saja mengelak Bansos tidak menjadi penyebab kelangkaan bahan pangan. Namun, pelaku di daerah justru mengungkap fakta sebenarnya yang berkebalikan. *** (O Gozali)