Cilacap Selatan, serayunews.com
Hal tersebut sangat dirasakan oleh Supriyanto, merupakan salah satu pengrajin layang-layang yang tinggal di Jalan Budi Utomo Kelurahan Sidakaya Kecamatan Cilacap Selatan Kabupaten Cilacap. Semenjak pandemi Covid-19, nyaris tidak mendapat pesanan dibandingkan dengan tahun sebelum pandemi.
Menurutnya, sepinya pesanan disebabkan dampak dari PPKM, sehingga gelaran seperti festival maupun lomba layang-layang masih belum berjalan hingga saat ini, serta masih ditutupnya sejumlah obyek wisata.
Supri yang tidak hanya hobi bermain layang-layang, ia pun pandai membuat layang dengan berbagai bentuk dan ukuran, seperti bentuk burung, becak, naga, kantong, dan masih banyak jenis lainnya. Tak hanya itu, ia juga sering menerima pesanan layang bergambar foto pemesannya. Untuk harga jualnya pun bervariasi mulai dari puluhan ribu hingga puluhan juta rupiah.
“Harga layangan foto ada yang Rp 10 juta, yang sedang ada yang Rp 8 juta, yang kantong kami pernah menjual sampai Rp 50 juta. Untuk naga ada yang tipe eksekutif dan ada yang biasa, mulai dari Rp 5 juta hingga Rp 15 juta, kadang yang pemula minta yang murah dulu,” ujar Supriyanto.
Sebelum pandemi, Supri bersama pemuda sekitar berjumlah 30 orang sempat membuat home industri karena mendapat banyak pesanan. Namun semenjak pandemi dan persaingan yang semakin ketat, produksi layang pun menjadi tersendat ditambah dengan sepinya pemesan, sehinga ia pun memproduksi sesuai pesanan yang ada, namun pemesan memilih harga yang murah.
“Harapan kami dari yang murah kemudian membeli yang mahal, karena tidak mejadi pengrajin semua, ada yang pemain dan kebanyakan cat flyer,” ujarnya.
Para pengrajin berharap pandemi segera berakhir sehingga ajang kegiatan besar seperti fetival dan lomba layang tingkat nasional bahkan manca negara pun bisa digelar untuk meningkatkan daya beli para penghobi layang-layang.