SERAYUNEWS – Berikut ini informasi tentang beberapa barang yang sebaiknya tidak dibeli oleh masyarakat kelas menengah.
Masyarakat kelas menengah sering kali berada di persimpangan antara kebutuhan dan keinginan.
Dengan penghasilan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar, ditambah sedikit lebih untuk gaya hidup, godaan untuk membeli barang yang sebenarnya tidak perlu pun sering muncul.
Nah, buat kamu yang ingin lebih bijak mengatur keuangan, yuk simak informasi lengkap berikut ini!
Masyarakat kelas menengah adalah kelompok sosial yang berada di antara kelas bawah dan kelas atas dalam hierarki ekonomi, sosial, dan budaya.
Kelompok ini biasanya memiliki pendapatan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar, seperti makanan, tempat tinggal, dan pendidikan, sekaligus menyisihkan sebagian penghasilan untuk tabungan atau gaya hidup.
Secara umum, masyarakat kelas menengah sering dihubungkan dengan stabilitas ekonomi dan akses terhadap layanan yang lebih baik dibandingkan kelas bawah.
Godaan membeli smartphone atau laptop keluaran terbaru sering kali besar, meskipun gadget lama masih berfungsi dengan baik.
Perusahaan teknologi terus memproduksi model baru agar kamu merasa perlu upgrade.
Padahal, fungsi dasarnya tidak banyak berubah, kecuali jika memang dibutuhkan untuk pekerjaan atau keperluan khusus.
Kopi memang teman setia di pagi hari, tetapi kalau setiap hari harus membeli latte seharga Rp50 ribu, coba hitung pengeluaran dalam sebulan.
Kamu bisa mulai membuat kopi sendiri di rumah. Dengan investasi alat kopi yang terjangkau, rasa dan kualitasnya tidak kalah, lho.
Tas, sepatu, atau pakaian branded sering kali dibeli untuk menunjukkan status sosial. Tapi, apakah benar-benar dibutuhkan?
Barang-barang ini cenderung overprice dan nilainya turun seiring waktu. Pilih barang berkualitas yang nyaman dan sesuai kebutuhan.
Membeli mobil baru sering menjadi impian, tetapi begitu keluar dari dealer, nilainya langsung turun hingga 20-30%.
Apalagi jika tujuannya hanya untuk gaya, ini bisa menjadi pengeluaran besar yang tidak bijak.
Sebagai alternatif, pertimbangkan membeli mobil bekas berkualitas atau kendaraan yang sesuai kebutuhan.
Baju murah yang cepat rusak hanya menambah pengeluaran dan sampah lingkungan.
Lebih baik membeli pakaian berkualitas yang tahan lama meski harganya sedikit lebih mahal. Fast fashion juga mendorong pembelian impulsif yang tidak diperlukan.
Berapa banyak aplikasi streaming atau layanan berlangganan yang kamu bayar tiap bulan?
Kalau jumlahnya lebih dari satu dan sebagian jarang digunakan, lebih baik pilih satu yang paling sering dipakai.
Diskon sering menjadi jebakan. Sebesar apa pun potongan harga, kalau barangnya tidak dibutuhkan, kamu tetap membuang uang.
Sebelum membeli, tanyakan ke diri sendiri: “Apakah aku benar-benar butuh ini?”
Mengatur keuangan bukan soal pelit, melainkan soal prioritas. Dengan berhenti membeli barang-barang di atas, kamu bisa mengalihkan pengeluaran untuk hal yang lebih penting/
Dana bisa dialokasikan untuk investasi, dana darurat, atau pengalaman yang memberikan kebahagiaan jangka panjang.
Yuk, mulai bijak dan sadar dengan pola belanja kamu! Semoga informasi ini bermanfaat.***