Purwokerto, serayunews.com
Cerita itu diungkapkan oleh Rosid (64), seorang peganyuh becak asal Desa Kutasari, Kecamatan Baturraden. Ia masih ingat betul sekitar 30 tahun lalu, bekerja sebagai pengayuh becak masih sangat diminati. Bahkan, ia yang saat itu kuli bangunan sangat tertarik memilih menjadi pengayuh becak.
“Dulu itu penumpang yang menunggu tukang becak. Sekarang, tukang becak yang mencari penumpang,” katanya yang biasa mangkal di Pasar Glempang Purwokerto, Sabtu (9/7/2022).
Sekarang dalam sehari, bisa mendapatkan satu orang penumpang sudah membuatnya merasa puas. Karena saingan saat ini bukan sesama pengayuh becak saja, tapi banyaknya angkutan umum, serta ojek online.
“Ya mau gimana lagi, satu penumpang saja Alhamdullilah. Kadang dua hari tidak dapat penumpang juga pernah. Kalau dibilang cukup, ya dicukup-cukupi saja. Sekarang banyak angkutan umum punya pemerintah yang masih gratis, kemudian banyak ojek online juga,” ujarnya.
Pernah terbesit dalam benaknya untuk beralih menjadi ojek online. Tapi apalah daya, untuk makan saja seadanya apalagi harus membeli handphone maupun sepeda motor.
“Anak saya ada enam, untuk makan saja dicukup-cukupi. Saya memang pernah jadi kuli bangunan ikut proyek sana-sini, tapi sekarang kan sudah tidak mungkin balik lagi. Pengin (ojol, red), tapi ya gimana lagi,” katanya.
Tarif yang Ia patok l, menurutnya sangatlah murah dibandingkan beberapa tahun lalu. Rosid mencontohkan, saat mendapatkan penumpang dari Pasar Glempang menuju Alun-alun Purwokerto hanya Rp20 ribu. Itu pun masih bisa kurang dengan kesepakatan bersama.
“Yang penting ada yang mau naik becak saja, Alhamdullilah,” ujarnya.
Entah sampai kapan Rosid bakal tetap mengayuh becaknya. Ia mengaku, sampai tenaganya benar-benar sudah tidak bisa lagi untuk mengayuh becak.
“Mungkin sampai benar-benar tua, karena kerjaan saat ini cuman bisa jadi tukang becak. Yang penting masih bisa makan saja sudah bersyukur,” katanya.