Cilacap, serayunews.com
Cilacap merupakan salah satu kota yang menjadi sasaran pasukan Belanda atau NICA untuk dikuasai. Dengan harapan jika Cilacap berhasil direbut maka akan mudah pula menguasai wilayah Jawa bagian selatan. Lantaran Cilacap memiliki Pelabuhan Internasional yang cukup sentral. Namun sebelum pasukan Belanda datang, Kota Cilacap sudah dibumihanguskan terlebih dahulu oleh pasukan TNI.
Pegiat sejarah Cilacap Riyadh Ginanjar Widodo menyebutkan, salah satu kota utama yang oleh Belanda harus direbut adalah Cilacap. Dengan harapan akan mempermudah Belanda dalam upaya infiltrasi, lantaran di Cilacap memiliki pelabuhan yang cukup stategis.
“Mengingat, saat Belanda berkuasa sebelumnya, pelabuhan Cilacap sebagai salah satu pintu keluar masuk ke Eropa. Jadi apabila Cilacap berhasil direbut, berbagai kebutuhan, termasuk tentara, alat perang, maupun perbekalan bisa dengan mudah didistribusikan guna mendukung agresi militer tersebut,” katanya.
Namun, kata dia, pasukan TNI tidak kehilangan akal, untuk menghambat pergerakan Belanda. Pasukan TNI membakar seluruh bagian kota Cilacap. Namun sebelum pembakaran dimulai, warga Cilacap sudah dihimbau untuk mengungsi guna meninggalkan kota.
Pembakaran dimulai dari kawasan pelabuhan terlebih dahulu, yang merupakan titik sentral yang sudah di incar oleh Belanda.
“Peristiwa itu terjadi pada 28 juli 1947, kantor pemadam kebakaran pelabuhan merupakan tempat yang pertama kali dibakar. Dengan harapan jika kantor pemadam terbakar maka Belanda akan sulit memadamkan api. Selanjutnya gudang gula di kawasan tersebut, setelahnya barulah seluruh kawasan pelabuhan Cilacap,” tuturnya.
Setelah kawasan pelabuhan terbakar, target selanjutnya adalah kilang minyak Republik Indonesia yang ada di dekat pelabuhan. Kemudian yang terakhir dibakar adalah kawasan pertokoan dan pasar Cilacap. Komandan operasi bumi hangus kota Cilacap waktu itu adalah kepala polisi TNI AL Moekadji.
“Dalam satu hari kota Cilacap sudah hangus dilalap si jago merah, seketika Cilacap menjadi kota mati. Sementara para pasukan TNI memilih menghindar dan bergabung bersama pasukan Devisi 1 Siliwangi di wilayah Kawedanan Sidareja dan Majenang guna menyusun strategi balasan,” ungkapnya.