SERAYUNEWS-Bupati Cilacap, Syamsul Auliya Rachman, menegaskan komitmennya untuk menjadikan Kabupaten Cilacap sebagai pusat industri perikanan di wilayah selatan Pulau Jawa. Pernyataan ini disampaikan dalam Forum Gadri bertema Pengembangan Perikanan Tangkap di Kabupaten Cilacap, yang digelar pada Jumat (25/4/2025).
Dalam forum yang dihadiri oleh berbagai organisasi nelayan dan pelaku usaha perikanan, Bupati Syamsul menyampaikan optimisme besar terkait potensi sektor perikanan yang dimiliki oleh Cilacap.
Menurut Bupati, Pelabuhan Perikanan Cilacap merupakan salah satu pelabuhan terbaik di sepanjang jalur selatan Jawa. Ke depan, ia merencanakan pengembangan lebih lanjut untuk Pelabuhan Perikanan Samudera Cilacap (PPSC), agar mampu mendukung aktivitas industri perikanan secara lebih optimal.
“Pelabuhan perikanan Cilacap adalah yang terbaik di lintas selatan. Ke depan, ada rencana pengembangan PPSC agar bisa mendukung sektor perikanan secara maksimal,” ujarnya.
Bupati juga menekankan pentingnya inovasi dalam dunia perikanan, khususnya bagi para nelayan. Ia mengajak para nelayan untuk lebih hemat dan kreatif dalam menjalankan usaha mereka. Selain itu, Bupati Syamsul berharap sektor perikanan ini tidak hanya bisa meningkatkan kesejahteraan nelayan, tetapi juga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi daerah secara keseluruhan.
“Optimalisasi sektor perikanan Cilacap harus dimanfaatkan sebaik-baiknya, termasuk apabila ada potensi Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang bisa dikelola oleh perusahaan daerah,” tambahnya.
Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Cilacap, Indarto, dalam kesempatan yang sama, mengungkapkan bahwa Cilacap memiliki potensi perikanan tangkap yang sangat besar. Dengan 18 ribu nelayan terdaftar dalam kartu Kusuka, sekitar 90 persen di antaranya merupakan nelayan skala kecil.
Meskipun ada peningkatan jumlah kapal besar yang turut mendongkrak produksi perikanan, tantangan sosial dan logistik masih menjadi hambatan bagi para nelayan. “Cilacap memiliki 21,9% garis pantai Provinsi Jawa Tengah. Meskipun produksi perikanan tangkap global mengalami penurunan, di Cilacap justru meningkat berkat penambahan kapal besar,” jelas Indarto.
Namun, peningkatan jumlah kapal besar juga membawa tantangan tersendiri. Kekurangan BBM bersubsidi dan kapasitas pangkalan pendaratan ikan yang terbatas menjadi kendala. Untuk itu, Indarto menyampaikan bahwa hingga tahun 2028, akan ada pengembangan pelabuhan perikanan yang dapat menampung tambahan 760 kapal.
“Industri penunjang sangat dibutuhkan agar kapal-kapal ini bisa beroperasi secara optimal. Sinergi antara pemerintah dan pelaku usaha menjadi kunci agar potensi ini dapat memberikan manfaat bagi nelayan dan masyarakat secara luas,” katanya.
Forum ini juga dihadiri oleh sejumlah organisasi nelayan ternama, seperti Solidaritas Nelayan Indonesia (SNI), Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI), Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia (KNTI), serta perwakilan koperasi dan kelompok nelayan lainnya. Selain sesi penyampaian materi, Bupati Syamsul juga membuka kesempatan bagi masyarakat untuk berdiskusi dan menyampaikan aspirasi terkait pengembangan sektor perikanan di Cilacap.
Dengan berbagai rencana pengembangan dan dukungan dari berbagai pihak, Bupati Cilacap sangat optimistis bahwa Cilacap akan menjadi pusat industri perikanan yang tidak hanya menguntungkan bagi nelayan, tetapi juga berkontribusi signifikan terhadap perekonomian daerah.