SERAYUNEWS – Alergi gluten, atau yang secara medis dikenal sebagai penyakit celiac, merupakan kondisi ketika tubuh tidak mampu mentoleransi protein gluten yang terdapat dalam gandum, jelai (barley), dan gandum hitam (rye).
Kondisi ini bisa dialami siapa saja, termasuk anak-anak, dan sering kali tidak disadari sejak dini.
Padahal, jika tidak segera ditangani, alergi gluten dapat menghambat pertumbuhan, menimbulkan gangguan pencernaan serius, bahkan memicu reaksi alergi berat seperti anafilaksis.
Orang tua perlu memahami tanda-tanda anak alergi gluten agar bisa memberikan langkah penanganan yang cepat dan tepat. Artikel ini akan mengulas penyebab, gejala, hingga reaksi berbahaya yang dapat muncul akibat alergi gluten pada anak.
Gluten adalah campuran protein yang secara alami terdapat dalam beberapa jenis biji-bijian. Pada anak yang memiliki alergi terhadap gluten, sistem kekebalan tubuh akan bereaksi berlebihan dan menganggap protein ini sebagai zat berbahaya.
Reaksi imun tersebut memicu peradangan di dinding usus kecil, yang pada akhirnya mengganggu proses penyerapan nutrisi.
Akibatnya, anak dapat mengalami gejala seperti kembung, sakit perut, diare, atau justru sembelit.
Dalam jangka panjang, kondisi ini bisa menimbulkan defisiensi zat besi hingga anemia. Selain itu, gangguan penyerapan nutrisi juga bisa menyebabkan berat badan anak menurun dan pertumbuhannya terhambat.
Menurut penjelasan dalam buku Imunologi dan Alergi Hipersensitif karya Muhaimin Rifa’i (2013), risiko alergi gluten pada anak dapat meningkat karena beberapa faktor, di antaranya riwayat alergi dalam keluarga (faktor genetik), paparan gluten terlalu dini, dan kondisi sistem imun yang belum stabil pada masa pertumbuhan awal.
Tanda-tanda alergi gluten bisa berbeda pada tiap anak, tergantung dari tingkat sensitivitas tubuh terhadap gluten. Mengutip dari buku Alergi pada Anak karya Fikri Cahyadi (2022), beberapa gejala yang umum ditemukan antara lain:
Apabila gejala-gejala tersebut muncul secara berulang setiap kali anak mengonsumsi makanan seperti roti, pasta, atau kue berbahan dasar tepung terigu, sebaiknya orang tua segera berkonsultasi dengan dokter.
Pemeriksaan medis dapat dilakukan melalui tes darah atau tes alergi kulit untuk memastikan apakah anak benar-benar memiliki alergi gluten atau hanya intoleransi terhadap jenis makanan tertentu.
Selain gejala umum yang muncul pada sistem pencernaan dan kulit, ada reaksi alergi gluten yang jauh lebih berbahaya, yaitu anafilaksis. Menurut Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Dalam karya Ari Sutjahjo (2015), anafilaksis merupakan reaksi alergi berat yang dapat mengancam jiwa.
Reaksi ini biasanya muncul beberapa menit hingga jam setelah anak mengonsumsi makanan yang mengandung gluten.
Ciri-cirinya meliputi kesulitan bernapas, pembengkakan pada lidah atau tenggorokan, denyut nadi cepat dan lemah, serta gatal parah disertai ruam luas di tubuh. Dalam kasus yang parah, wajah anak bisa tampak membiru akibat kekurangan oksigen.
Jika gejala tersebut muncul, orang tua harus segera membawa anak ke instalasi gawat darurat (IGD) untuk mendapatkan pertolongan medis secepat mungkin. Penanganan cepat dapat menyelamatkan nyawa anak yang mengalami reaksi alergi berat.
Nah itu dia beberapa gejala yang bisa dikenali ketika alergi gluten.***