Kampung Laut, serayunews.com
Adalah Heri Wahyono (55), sosok pria asal Kampung Laut Cilacap bersama Kelompok Tani Krida Wana Lestari yang berhasil merehabilitasi bekas tambak udang menjadi hutan berisi jutaan pohon mangrove di segara anakan Cilacap.
Menurut ceritanya, awal mula menanam pohon mangrove di bekas kolam tambak itu, karena keprihatinannya melihat kondisi segara anakan yang gundul. Kondisi gundul itu akibat pembukaan lahan besar-besaran yang pergunakan sebagai lahan budidaya udang.
“Dulu Kapung Laut gundul, investor datang ke Kampung Laut. Kemudian membuka lahan besar-besaran menjadian lahan budidaya udang pada tahun 1994,” ujar Wahyono, Senin (5/12/2022).
Namun menurutnya, kondisi itu berjalan tidak lama, karena di tahun 1998 budidaya udang dalam tambak tersebut terserang penyakit. Bahkan di tahun 1999 seluruh udang dalam tambak mati semua, sehingga banyak investor yang meninggalkan Kampung Laut karena merugi.
“Padahal sudah ada ribuan hektar yang dibuka, akibatnya kami prihatin sebagai masyarakat di Kampung Laut ini. Prihatin melihat hutan yang tadinya rimbun yang ditebang menjadi lahan budidaya bahkan ditinggalkan. Akhirnya kami merasa prihatin, akhirnya kami menanam yang eks tambak itu,” tuturnya.
Wahyono mengatakan, pada masa awal perjuanganan merehabilitasi bekas tambak tersebut, ia mulai menanam satu persatu tanaman mangrove di sana. Kemudian ia mendirikan Kelompok Tani Krida Wana Lestari.
“Kami tanam satu persatu mulai dari satu hektar, dua hektar, akhirnya kami mendirikan kelompok yang satu pemahaman. Karena pada saat itu tahun 2000 semuanya swadaya tidak ada bantuan siapa pun,” tuturnya.
Karena saat itu masih dilakukan swadaya, jadi penanaman dilakukan kerja bakti setiap hari Minggu bersama kelompoknya hingga sukses merehabilitasi bekas tambak menjadi hutan mangrove yang rimbun.
Hingga saat ini, sudah ada jutaan pohon yang telah di tanam di luasan sekitar lebih dari 400 hektar. Bahkan saat ini sudah teridentifikasi sebanyak 56 spesies mangrove dan telah dibukukan dengan beberapa jenis tergolong langka namun bisa tumbuh berkembang di sana. Dari beberapa jenis yang terkenal dan banyak diminati seperti Sungailasotia casolary, Bruguera dan Rizophora
“Yang ditanam sudah jutaan pohon, karena dari Pertamina saja sudah 200 hektar kali 10 ribu pohon. Sama pemerintah juga begitu luas, karena kami selama 3 tahun saja sudah menanam hampir 400 ribu. Ini sudah lebih 400 hektar, mulai tahun 2008-2009 sudah mulai banyak yang support,” ujarnya.
Berkat kerja kerasnya, kini jutaan mangrove di Kampung Laut ini menjadi tempat studi dan penelitian dari berbagai lembaga/instansi maupun perguruan tinggi di seluruh tanah air.
“Kami masih punya mimpi memperluas hutan yang masih belum begitu rimbun, serta menambah tempat wisata mangrove. Bukan hanya konservasi, wisata ini menjadi wahana mempromosikan mangrove Kampung Laut yang cukup luas,” ujarnya.