SERAYUNEWS – Matahari belum tinggi benar, butir embun masih menempel di dedaunan berkilau memantulkan cahaya. Beberapa wanita memancarkan sinar bahagia di mukanya.
Sekitar pukul 07.50 wib, mereka berjalan melangkahkan kaki menyusuri jalanan kecil Desa Gunung Lurah Cilongok, Kabupaten Banyumas. Mereka bersolek merias diri, mengenakan pakaian rapi. Tapi di tangan, mereka menenteng berbagai jenis hasil bumi.
Ada kelapa yang masih utuh, ada talas yang batangnya masih basah terikat rapi. Ada juga labu siam yang matang sempurna, serta beberapa ikat jenis sayuran. Semua itu merupakan hasil kebun mereka sendiri.
Berbagai hasil bumi itu, tidak mereka bawa ke pasar untuk berjualan. Langkah para orangtua ini tertuju pada bangunan sekolah di tepian hutan.
MTs Pakis, berada di Desa Gunung Luruh, Kecamatan Cilongok, Banyumas. Sekolah ini memfasilitasi anak pinggiran lereng hutan Gunung Slamet, untuk mendapatkan hak pendidikan.
Kepala Sekolah MTs Pakis yang juga penanggung jawab sekolah, Isrodin mengatakan, tahun ini sekolahnya kembali membuka pendaftaran siswa baru. Ada belasan yang sudah mendaftar.
“Hari ini daftar ulang, seperti biasa pembayarannya bahan seadanya hasil bumi dari kebun,” katanya, Senin pagi.
MTs Pakis sudah ada sejak 2013 silam dan sudah meluluskan sekitar 200 anak. Secara kurikulum, sekolah ini menginduk ke Mts NU 2 Cilongok. Jadi mempunyai kurikulum seperti sekolah formal lainnya.
“Kita kurikulum sama dan menjadi sekolah ramah lingkungan dan satwa liar. Karena anak-anak hidup di pinggir hutan persis. Kita belajar menanam aren, tanaman konservasi dan lainnya,” katanya.
Para pengajar biasanya berasal dari para relawan mahasiswa. Bahkan, kadang ada alumni yang sudah lulus masih mengajar dan menjadi relawan.
“Anak belajar kehutanan, peternakan, pertanian, dan juga bagaimana keterampilan hidup. Kita sudah memproduksi kopi dan rencana akan akan memperluas lahan garapan,” ujarnya.
Fitria, warga Dusun Karanggondang Sambirata, mendaftarkan anaknya, Arlin ke MTs Pakis. Dia membawa singkong yang dia tanam di kebunnya sendiri. Dia memilih menyekolahkan anaknya di MTs Pakis, dengan alasan lebih dekat dari rumah.
“Kalau harus menyekolahkan ke SMP di desa lain, jaraknya cukup jauh, biayanya kurang lebih Rp 500 ribu buat bensin. Saya tadi kelapa singkong dan sayur mayur. Saya daftarkan di sini karena belajar juga langung praktik, pembayarannya juga gratis,” katanya.
Selain Fitria, masih ada 13 wali murid lainnya yang pagi itu daftar ulang. Para orangtua siswa ada yang membawa singkong, kelapa muda, kentang, labu siam, sayuran dan lain sebagainya.
Wasem, mendaftarkan anaknya ke jenjang pendidikan Paket C dengan membawa talas dari hasil bercocok tanam di dekat rumahnya.
“Saya memilih menyekolahkan di sini karena gratis. Berangkatnya bisa jalan kaki,” kata dia.
MTs Pakis berada di tepian hutan lereng Gunung Slamet. Lokasinya berada di daerah perbukitan, dengan ketinggian sekitar 600 mdpl. Sekolah MTs Pakis terdiri atas program Paket C atau setara SMA dan Madrasah Tsanawiyah (MTs).