SERAYUNEWS- Presiden Joko Widodo (Jokowi) melakukan kunjungan kerja ke Vietnam. Ada cerita tentang Vietnam yang menarik, lo!
Pada kesempatan itu Jokowi mengatakan Indonesia memiliki hubungan yang erat dengan Vietnam.
“Ini menunjukkan eratnya hubungan kedua negara, juga masa depan kerja sama ke depan yang sangat menjanjikan,” kata Jokowi (13/1/2024).
Betul, Indonesia adalah sahabat Vietnam yang terjalin sejak lama.
Paman Ho (Ho Chi Minh) bersahabat sangat dekat dengan Sukarno.
Namun, sejarah mencatat, ada surat Paman Ho yang Indonesia abaikan. Jika tidak, sejarah akan mencatat lain.
Kala itu, akhir November 1945, Harold Robert Isaacs, koresponden perang Majalah Newsweek, tiba di Jakarta.
Ia datang dari Indochina membawa sepucuk surat. Kemudian, dia memberikannya pada Hatta. Surat itu ternyata dari Ho Chi Minh, pemimpin Vietnam. Isinya, Paman Ho mengajak agar revolusi Indonesia dan Vietnam bisa berjalan bersama.
Saat itu Vietnam membutuhkan bantuan dari luar karena tidak bisa lagi mengandalkan Tiongkok.
Paman Ho lalu mengirim surat berisi ajakan kepada Presiden Sukarno untuk membentuk front bersama dalam Revolusi Asia.
“Saya menggunakan kesempatan ini untuk mengusulkan kepada Anda bahwa Vietnam dan Indonesia membuat pernyataan publik tentang solidaritas penuh mereka dalam perjuangan saat ini untuk kebebasan. Pada saat yang sama menyerukan bersama-sama ke India, Burma, dan Malaya dan semua rakyat Asia untuk bergabung dengan kita dalam front bersama,” tulis Ho dalam surat tertanggal 17 November 1945 itu.
Hatta menerima surat itu. Kemudian, dia memberikannya pada Perdana Menteri Sjahrir. Ternyata, Sjahrir tak menanggapi surat itu.
Dalam Asia di Mata Soedjatmoko, Soedjatmoko mengaku kecewa terhadap Sjahrir dan bertanya apakah hal ini berarti Indonesia mengkhianati persahabatan.
Sjahrir menjelaskan kepada Soedjatmoko bahwa situasi Indonesia dan Vietnam berbeda. Indonesia melawan Belanda yang tidak dalam posisi yang hendak perang berlarut-larut.
Sedang Vietnam, lanjut Sjahrir, menghadapi Prancis yang masih menjadi kekuatan militer utama.
“Lagipula, katanya, pergerakan kebangsaan kita dipimpin oleh kaum nasionalis, sedangkan mereka oleh komunis,” ungkap Soedjatmoko.
Demikian sedikit cerita tentang Vietnam dan Indonesia. Menarik, bukan?