SERAYUNEWS – Istilah Chindo viral di medsos sejak acara MasterChef Indonesia season 11.
Terlebih setelah ditelisik, ternyata juara sesi 1 sampai 11 memiliki pola yang sama, berasal dari etnis Tionghoa.
Tetapi yang disebut kemudian adalah Cina bukan Tionghoa. Mulai kemudian viral istilah Chindo, akronim dari Cina Indonesia.
Penggunaan diksi Cina sebetulnya merupakan kemunduran dalam menjaga pluralisme. Kita kembali ke era Orba.
Suharto melalui Surat Edaran Presidium Kabinet Ampera Nomor SE-06/Pred.Kab/6/1967 tanggal 28 Juni 1967, menyebut istilah resmi yang digunakan adalah “Tjina”, bukan Tionghoa.
Presiden SBY kemudian mencabut Kepres tersebut melalui Kepres No. 12 tahun 2014.
Setelah disahkannya Keppres No. 12 Tahun 2014 tersebut, semua sektor pemerintahan maupun media, sudah tidak ada lagi penggunaan istilah Cina. Mereka sudah menggunakan istilah resmi, yaitu Tionghoa.
Sebelumnya Presiden Gus Dur juga mencabut produk Orba lain yang dinilai diskriminatif, yaitu Inpres No. 14 tahun 1967
Gus Dur pula yang mengajak kita menggunakan istilah Tionghoa bukan Cina.
Tionghoa mempunyai posisi yang sama seperti etnis lainnya sebagai warga bangsa Indonesia.
Sejarah mencatat, Koran Sin Po, koran milik keturunan Tionghoa di Indonesia, sebagai yang pertama kali menyebarluaskan syair ‘Indonesia Raya’ beserta partiturnya. Di koran edisi bahasa Melayu itu, WR Supratman menulis dengan jelas ‘lagu kebangsaan’ di bawah judul ‘Indonesia’.
Penggunaan istilah Tionghoa hanya ada di Indonesia, karena penyebutan istilah Cina dinilai rasis berdasar pengaruh sejarah. *** (O Gozali)