SERAYUNEWS- Khutbah Jumat adalah momen penting bagi umat Islam karena berisi nasihat, pengingat, dan motivasi untuk meningkatkan keimanan serta ketakwaan.
Berikut ini informasi tentang teks khutbah Jumat tema harta dan anak. Simak sampai tuntas, ya.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ
Artinya, “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allâh terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”[At-Tahrim:6]
إِنَّ الْحَمْدَ للهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أشْهَدُ أنْ لاَ إِلٰه إلاَّ اللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ حَيْثُ قَالَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى، أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
وَقَالَ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
فَأِنّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمّدٍ صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ، وَشَرّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةً، وَكُلّ ضَلاَلَةِ فِي النّارِ. أَمَّا بَعْد
Jamaah shalat Jumat yang dirahmati Allah Azza Wa Jalla.
Allah subhanahu wa ta’ala pernah berfirman dalam Alqur’an,
وَاعْلَمُواْ أَنَّمَا أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلاَدُكُمْ فِتْنَةٌ وَأَنَّ اللّهَ عِندَهُ أَجْرٌ عَظِيمٌ
Artinya, “Ketahuilah bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai fitnah, dan sesungguhnya di sisi Allah ada pahala yang besar.” (QS Al-Anfal [8]: 28).
Dalam ayat di atas, harta dan anak yang kita miliki adalah sebuah fitnah yang jadi ujian.
Terkhusus untuk perkara harta, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga pernah bersabda,
إِنَّ لِكُلِّ أُمَّةٍ فِتْنَةً وَفِتْنَةُ أُمَّتِي الْمَالُ
“Sesungguhnya setiap umat itu ada fitnahnya,” yaitu hal-hal yang menjerumuskan mereka ke dalam kesesatan dan kemaksiatan. “dan fitnah umatku adalah harta.”
Mereka mengumpulkannya untuk mewujudkan orientasi duniawi dan menghalangi kesempurnaan akhirat. Bermain-main dengan harta dapat melalaikan hati dari melaksanakan ketaatan dan melenakan diri dari akhirat.
Berdasarkan konsep hadis di atas, harta dunia yang kita kumpulkan bisa jadi menjerumuskan pada kesesatan dan kemaksiatan, juga membuat lalai akan kewajiban sebagai seorang hamba.
Namun, kurang tepat kalau kita memaknai harta di sini hanya ujian bagi orang yang kaya atau kelebihan harta. Karena bagi orang yang kekurangan harta atau miskin, kondisi itupun termasuk ujian dari Allah subhanahu wa ta’ala.
Dua nasib ini, kaya atau miskin tidak bisa menjadi tolak ukur kemuliaan di antara manusia.
Bisa jadi orang kaya lebih mulia dari orang miskin dan orang miskin lebih mulia dari orang kaya. Dan dari keduanya ada ujian tersendiri yang harus dihadapi dan diselesaikan untuk meraih kemuliaan tersebut.
Yang pertama, kekayaan. Semisal kita diberi pilihan antara ingin menjadi miskin atau kaya mungkin mayoritas kita akan memilih untuk menjadi orang kaya.
Dan Islam pun tidak pernah melarang umat untuk mengumpulkan harta. Kenapa? Karna dakwah pun membutuhkan harta, tanpa harta Islam akan sangat sulit untuk disebarluaskan.
Islam memang tidak melarang kita untuk kaya. Namun, dalam mencari harta ada banyak peraturan dan hukum yang harus ditaati. Di sanalah letak ujian yang pertama.
Kita diuji apakah saat mencari kekayaan kita mencarinya dengan cara yang benar dan halal atau kita menghalalkan segala cara, tidak peduli halal atau haram asalkan harta bisa bertambah, na’udzubillahi min dzalik.
Kemudian, setelah harta kita bertambah kita pun akan diuji, ke mana uang itu akan dibelanjakan. Apabila uang itu kita belanjakan untuk yang haram, justru akan mendekat kepada neraka.
Namun, apabila uang itu kita belanjakan dengan benar, kita gunakan untuk menafkahi keluarga, untuk mensupport dakwah islam dan untuk disedekahkan, insyaallah uang itu juga bisa menjadi wasilah untuk menuju surga.
Ujian terberat bagi para orang kaya adalah sebuah kelalaian. Banyak orang lebih sibuk mencari harta 15 jam perhari, lalu menghiraukan shalat lima kali sehari, zakat yang setahun sekali, dan juga haji padahal mereka mampu.
Banyak orang lupa bahwa yang menjadikan mereka kaya bukan usaha yang mereka lakukan melainkan Allah yang perintahnya banyak mereka tinggalkan.
Dengan semua harta yang dimiliki tidak ada kenikmatan duniawi yaang tidak bisa dibeli dan karena hal itu menjadikan lalai dalam urusan ukhrawi.
Terdapat satu mahfudzot yang bisa kita jadikan sebagai renungan, dari Imam Syafii beliau mengatakan. “Jadikan akhirat di hatimu, dunia di tanganmu, dan kematian di pelupuk matamu.”
Kemudian yang kedua, ujian harta berupa kemiskinan. Ujian dari kemiskinan tampak sangat jelas, terutama di zaman sekarang saat perekonomian internasional dikuasai olah orang–orang kafir.
Banyak dari mereka yang menganut paham kapitalisme, orang kaya akan semakin kaya dan orang miskin akan semakin miskin.
Jika kita diuji dengan kekurangan harta, yang harus dikuatkan adalah kondisi hatinya. Ketika mereka sudah berusaha semaksimal mungkin dan hasilnya nihil, bisa jadi akan timbul rasa putus asa di hati kita.
Bahkan, lebih parahnya akan muncul rasa bahwa Allah pilih kasih kepada hamba-Nya. Yang justru karena kalimat itu kita malah mendekat kepada kekafiran. Na’udzubillahi min dzalik.
Jamaah shalat Jumat yang dirahmati Allah Azza Wa Jalla
Teruslah berkhusnudzan kepada Allah subhanahu wa ta’ala dan janganlah berputus asa, teruslah berdoa meminta kemudahan kepada-Nya bukan hanya dalam mendapatkan harta tapi dalam setiap urusan kita.
Kondisi kemiskinan ini ada kalanya dimanfaatkan oleh orang-orang kafir, mereka menawarkan jalan keluar, menawarkan harta yang berlimpah yang nanti akan ditukarkan dengan iman kita.
Hal ini sudah berjalan sejak lama yaitu sejak awal mula penyebaran Islam oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Sebagaimana Rasulullah pernah ditawari harta oleh Utbah bin rabi’ah dengan syarat beliau mau menghentikan dakwahnya.
Tawaran yang diberikan bukan main – main, dia menjanjikan dengan semua harta yang dimiliki para tokoh Makkah, yang hal itu bisa menjadikan beliau orang terkaya di Makkah.
Kunci dari ujian kemiskinan yang diberikan oleh Allah adalah sebuah kesabaran. Semiskin apapun kita tetaplah bersabar karena dengan sabar insyaallah penderitaan kita di dunia akan menjadi pahala yang ganjarannya tiada batasnya nanti di akhirat kelak.
Seperti yang difirmankan oleh Allah,
اِنَّمَا يُوَفَّى الصّٰبِرُوْنَ اَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ
“Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang disempurnakan pahalanya tanpa perhitungan.” (QS. Az zumar : 10)
Dari perbedaan ujian tersebut dapat kita simpulkan bahwa kemiskinan dan kekayaan memiliki ujian yang sama–sama sulit.
Orang yang kaya memiliki tanggung jawab yang besar dalam pengelolaan hartanya terkait dari mana ia dapatkan dan untuk apa dia belanjakan. Jadi, hisabnya lebih lama daripada orang miskin.
Dari riwayat dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Orang-orang muslim yang fakir akan masuk surga terlebih dahulu sebelum orang-orang kaya selang setengah hari, yaitu lima ratus tahun.” (H.R. Ahmad).
Akan tetapi, ada kriteria orang miskin yang bisa masuk surga terlebih dahulu daripada orang kaya.
Hal itu ada dalam penjelasan Imam An-Nawawi berikut ini.
“Mereka yang berhajat pada sesuatu namun tidak dapat memenuhi keperluannya dan mereka tidak mengerjakan salah satu dosa besar dari sekian banyak maksiat. Ini (sifat orang miskin yang dimaksud) yang jelas pada kami,” (Imam An-Nawawi, Fatawal Imam An-Nawawi, halaman 63).
Itulah harta ibaratkan tombak bermata dua. Yang artinya sebuah kemiskinan adalah ujian dan sebuah kekayaan pun ujian. Kemiskinan mendapat ujian kesabaran dan kekayaan dengan rasa syukur.
Jadi, kita berdoa bersama–sama di mana pun posisi, entah itu kaya atau miskin, semoga kita mendapat kemampuan untuk bisa menghadapi fitnah harta.
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرحيم
إِنَّ الْحَمْدَ للهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أشْهَدُ أنْ لاَ إِلٰه إلاَّ اللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لَنَا وَلِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالمُؤْمِنَاتِ وَالمُسْلِمِينَ وَالمُسْلِمَاتِ وَأَلِّفْ بَيْنَ قُلُوْبِهِمْ وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِهِمْ وَانْصُرْهُمْ عَلَى عَدُوِّكَ وَعَدُوِّهِمْ
اللَّهُمَّ أَعِزَّ الْإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَالْمُشرِكِيْنَ وَدَمِّرْ أَعْدَائَكَ أَعْدَاءَ الدِّيْنَ
اللَّهُمَّ خَالِفْ بَيْنَ كَلِمِهِمْ وَزَلْزِلْ أَقْدَامَهُمْ وَأَنْزِلْ بِهِمْ بَأْسَكَ الَّذِي لَا تَرُدُّهُ عَنِ الْقَوْمِ الْمُجْرِمِيْنَ
اللَّهُمَّ الْعَنِ الكَفَرَةَ الَّذِيْنَ يَصُدُّوْنَ عَنْ سَبِيْلِكَ وَيُكَذِّبُوْنَ رُسُلَكَ وَيُقَاتِلُوْنَ أَوْلِيَاءَكَ
اللَّهُمَّ إِياَّكَ نَعْبُدُ، وَلَكَ نُصَلِّي وَنَسْجُدُ وَإِلَيْكَ نَسْعَى وَنَحْفِدُ، نَرْجُوْ رَحْمَتَكَ وَنَخْشَى عَذَابَكَ، إِنَّ عَذَابَكَ بِالْكُفّارِ مُلْحِقٌ
اللَّهُمَّ انْصُرْ إِخْوَانَنَا الْمُسْلِمِيْنَ الْمَظْلُوْمِيْنَ فِي فلسطين
اللَّهُمَّ انْصُرْهُمْ نَصْرًا مُؤَزَّرًا، اللَّهُمَّ انْصُرْهُمْ نَصْرًا مُؤَزَّرًا، اللَّهُمَّ انْصُرْهُمْ نَصْرًا مُؤَزَّرًا
اللَّهُمَّ انْصُرِ الْمُجَاهِدِيْنَ فِيْ سَبِيْلِكَ، اللَّهُمَّ انْصُرِ الْمُجَاهِدِيْنَ فِيْ سَبِيْلِكَ، اللَّهُمَّ انْصُرِ الْمُجَاهِدِيْنَ فِيْ سَبِيْلِكَ
وَصَلَّ اللَّهُمَّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصْحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ
JDemikian informasi tentang teks khutbah jumat tema harta dan anak. Semoga informasi ini bermanfaat. ***(Ika Sriani)