
SERAYUNEWS-Crvena Zvezda vs Lille akan tersaji di ajang Liga Europa, Jumat (7/1/2025) mulai pukul 00.45 WIB. Pertandingan ini bisa disaksikan di vidio.com.
Pertandingan ini bisa jadi kesempatan untuk Calvin Verdonk dkk mendapatkan tiga poin. Verdonk, bek timnas Indonesia yang main di Lille, bisa menjadi salah satu andalan di laga nanti. Tentunya, jika dia kembali dipasang sebagai bek kiri.
Perfoma Lille memang belum terlihat stabil. Tapi setidaknya mereka masih bisa mendapatkan tiga kemenangan dalam lima laga terakhir di semua ajang. Selain itu, dalam lima laga terakhir tandang, Lille juga mampu mendapatkan tiga kemenangan.
Hasil tersebut tidak terlalu buruk sebagai modal melawan Crvena Zvezda yang dulu dikenal sebagai Red Star Belgrade. Di sisi lain, klub asal Sebia itu tidak bagus-bagus amat dalam lima laga terakhir. Mereka hanya menang sekali, seri dua kali, dan kalah dua kali.
Khusus di Liga Europa, Crvena Zvezda baru mendapatkan satu poin dari tiga pertandingan. Mereka ada di posisi 30 klasemen sementara. Bandingkan dengan Lille yang ada di posisi 11 dengan enam poin.
Sekalipun Crvena Zvezda tidak terlalu istimewa, performa mereka di kandang sendiri cukup bagus. Dalam lima laga terakhir, mereka menang tiga kali dan seri dua kali. Ini jadi warning bagi Lille untuk waspada.
Selain itu, Crvena Zvezda tentu bisa bermain lepas karena relatif tidak diunggulkan di ajang ini. Secara skuad, Crvena Zvezda memang diisi pemain yang kurang populer. Hal itu terjadi karena memang Liga Serbia tidak masuk dalam liga elite di Eropa.
Namun, ada satu pemain kawakan yang bisa jadi senjata Crvena Zvezda. Dia adalah Marko Arnautovic yang musim lalu masih membela Inter Milan. Pemain Austria ini memiliki banyak pengalaman sebagai striker.
Dia pernah main di Inter Milan, Bologna, Stoke City, West Ham, dan beberapa tim lain. Sekalipun sudah berusia 36 tahun, tapi pengalamannya bisa jadi senjata Crvena Zvezda. Dia juga sudah sangat banyak bermain untuk timnas Austria yakni sapai 128 kali dan mencetak 45 gol.
Mungkin kecepatannya sudah tidak seperti kala masih muda. Tapi Arnautovic memiliki pengalaman yang bisa memberi warna dalam permainannya. Bukan tidak mungkin, jika Lille tak waspada, Arnautovic bakal mencetak gol.
Crvena Zvezda, dulu populer dengan sebutan atau nama Red Star Belgrade. Memang belakangan, nama Crvena Zvezda lebih sering disebut daripada nama Red Star Belgrade. Di masa lalu, Red Star pernah jadi raja Eropa.
Hal itu terjadi di masa masih ada Yugoslavia sebagai negara. Seperti diketahui, saat ini Yugoslavia sudah terpecah menjadi banyak negara. Pada musim 1990-1991, Red Star membuat kejutan di Piala Eropa, nama lama dari Liga Champions.
Mereka mampu menjadi juara setelah di final mengalahkan Marseille yang lebih diunggulkan. Marseille jelas lebih diunggulkan karena saat itu memiliki bintang yang sedang terang yakin Jean Pierre Papin. Tapi di final, Red Star lah yang menang melalui adu penalti.
Jika melongok skuad Red Star saat itu, memang terdiri pemain hebat yang sedang tumbuh. Mereka adalah Vladimir Jugovic, Sinisa Mihajovic, Darko Pancev, Robert Prosinecki, Dejan Savicevic. Dengan pemain berbakat itulah, Red Star menjadi raja Eropa.
Tak hanya jadi raja Eropa, Red Star melanjutkan kehebatannya menjadi juara Piala Interkontinental. Piala tersebut dilaksanakan di akhir tahun yang mempertemukan juara Eropa dan juara Amerika Selatan. Piala itu dulu dikenal dengan sebutan Piala Toyota karena sponsor. Dan laga dilangsungkan di Jepang.
Pada Piala Interkontinental, Red Star mengalahkan Colo Colo dari Chile. Tak tanggung-tanggung, Red Star membantai Colo Colo dengan skor telak 3-0.
Sementara di ajang Piala Super Eropa, Red Star gagal. Kala itu, Piala Super Eropa mempertemukan juara Piala Eropa/Liga Champions melawan juara Piala Winner. Red Star kalah 0-1 dari Manchester United di ajang Piala Super Eropa 1991.
Setelah kehebatan di musim 1990-1991, nama Red Star makin lama makin redup. Pertama tentu saja karena para pemainnya pindah ke klub yang lebih top. Savicevic ke AC Milan, Jugovic ke Juventus, Pancev ke Inter Milan, Mihajlovic ke AS Roma.
Selain itu, juga faktor politik yang membuat Yugoslavia terpecah menjadi banyak negara. Hal itu tentu berpengaruh terhadap stabilitas sepak bola di wilayah Balkan.