SERAYUNEWS – Bentakan bukanlah cara mendidik, melainkan cara merusak jiwa anak. Dampaknya dapat berkepanjangan, dari trauma hingga kecemasan yang menghambat perkembangan emosional anak.
Mendengar suara bentakan orang tua mungkin sudah menjadi hal yang biasa bagi sebagian anak.
Namun, di balik kesadaran itu, terdapat luka emosional yang dapat berdampak pada perkembangan jiwa anak.
Bentakan dapat memicu perasaan takut, tidak berharga, serta tidak dicintai, yang pada akhirnya dapat menghambat perkembangan emosional dan mental anak.
Ketika anak mengalami perlakuan yang keras, seperti dibentak, dia akan merasakan ledakan emosi yang dapat memicu stres dan ketakutan.
Otak anak yang masih dalam tahap perkembangan akan menganggap bentakan tersebut sebagai ancaman. Ini dapat memicu respons fight or flight.
Hal ini membuat anak merasa terintimidasi dan tidak aman, serta berdampak negatif pada perkembangan emosional.
Dampak tersebut adalah kecemasan meningkat, kepercayaan diri menurun, dan memengaruhi kemampuan untuk mengelola emosi serta menjalin hubungan yang sehat dengan orang lain.
Perlakuan kasar dari orang tua dapat memberi dampak buruk pada kecerdasan anak, baik secara intelektual maupun emosional.
Ketidakstabilan emosi dapat mengganggu kemampuan anak dalam mengelola perasaan dan berinteraksi dengan orang lain.
Hal ini juga dapat mengganggu fokus serta konsentrasi anak saat belajar, yang berujung pada terhambatnya perkembangan intelektual.
Oleh karena itu, menciptakan lingkungan pengasuhan penuh kasih sangatlah penting, dengan menghindari bentakan dan lebih memilih komunikasi positif.
Menurut penelitian National Institutes of Health, berteriak atau membentak anak dapat meningkatkan perilaku agresif, baik secara fisik maupun verbal.
Bentakan dapat memicu anak untuk berteriak dan berperilaku agresif. Jika perlakuan ini terjadi berulang kali, perilaku agresif tersebut dapat berkembang dan sulit hilang.
Sering dibentak dapat melemahkan ikatan antara orang tua dan anak. Penurunan keterikatan ini dapat memiliki dampak signifikan pada hubungan anak di masa depan.
Anak-anak yang telah dewasa mungkin menghadapi kesulitan dalam membangun dan mempertahankan hubungan erat atau dapat terjebak dalam pola hubungan yang tidak sehat.
Anak yang sering mendapatkan perlakuan kasar dari orang tua berisiko tumbuh menjadi pribadi yang tertutup dan enggan berbagi.
Hal ini berpengaruh pada kondisi psikologis anak, membuat mereka merasa tertekan dan enggan untuk mengungkapkan masalah kepada orang tua.
Akibatnya, mereka dapat mencari dukungan dari pihak lain yang akan membuat peran orang tua dalam pengasuhan menjadi kurang efektif.
Membentak anak dapat memiliki dampak psikologis yang serius dan berkepanjangan.
Anak yang sering mengalami perlakuan ini dapat mengalami frustrasi, depresi, kesulitan belajar, dan kecemasan saat tampil di depan umum.
Bahkan, dia berada dalam risiko tinggi untuk mengalami serangan panik, kegugupan, dan PTSD.
Oleh karena itu, penting untuk menghindari membentak dan mencari cara yang lebih konstruktif dalam mengatur emosi serta mendidik anak.
Ketika merasa kesal dengan perilaku anak, orang tua bisa mencoba beberapa metode untuk menghindari bentakan.
Pertama, tenangkan diri dengan menjauh sejenak dan melakukan introspeksi. Kedua, atur nada suara agar lebih lembut dan kalem.
Ketiga, komunikasikan perasaan Anda kepada anak dengan jujur menggunakan kalimat yang sederhana.
Menemani anak sebelum tidur dengan membacakan buku atau berbicara secara interaktif juga dapat membantu mempererat ikatan dan mengembangkan emosi.
Dengan cara ini, Anda bisa membangun komunikasi yang lebih efektif tanpa harus membentak.***