SERAYUNEWS- Tidak semua orang berani menggantungkan hidupnya pada seutas tali dan sepotong karabiner.
Tetapi bagi Kukuh Pamungkas, mahasiswa Universitas Islam Negeri Prof. K.H. Saifuddin Zuhri (UIN Saizu) Purwokerto, memanjat tebing bukan sekadar olahraga.
Menurutnya, itu adalah bagian dari perjalanan hidup, tempat ia menemukan arti ketangguhan, kerja sama, dan keyakinan.
Awal Oktober 2025, Kukuh berdiri di antara puluhan pemanjat tebing dari berbagai perguruan tinggi dan komunitas Mapala se-Jawa Tengah.
Arena kompetisi Kejurprov Panjat Tebing dan Sirkuit Jateng Seri III X Palwa “51” di Kudus menjadi saksi betapa tekad seorang mahasiswa bisa membawanya jauh melampaui keterbatasan.
Sejak babak kualifikasi, Kukuh tampil tenang. Setiap gerakan tangannya di dinding panjat seakan dihitung dengan penuh kesabaran.
Dia tahu, sedikit saja ragu, maka jatuh adalah konsekuensi yang harus diterima. Namun justru di situlah seni panjat tebing: bukan hanya adu fisik, melainkan juga adu mental.
Di final kategori Lead Mapala Putra, lawan-lawannya datang dengan reputasi besar. Namun Kukuh memilih fokus pada dinding di depannya.
Langkah demi langkah, titik tumpuan demi titik tumpuan, ia lalui dengan konsistensi. Hingga akhirnya, ia menorehkan hasil yang membawanya duduk di podium kedua Juara 2 Panjat Tebing Jawa Tengah 2025.
“Saya bersyukur bisa sampai titik ini. Dukungan teman-teman Faktapala membuat saya percaya diri. Prestasi ini bukan milik saya seorang, tapi milik kami semua,” ujar Kukuh dengan senyum lega.
Bagi Kukuh, panjat tebing tidak pernah hanya tentang menang. Ia adalah ruang untuk menguji keberanian, menemukan solidaritas, sekaligus menanamkan nilai-nilai kebersamaan.
“Setiap dinding punya cerita, dan setiap puncak adalah bukti perjuangan,” katanya penuh makna.
Di balik prestasi ini, ada berjam-jam latihan di lapangan, ada tangan yang kapalan, dan ada tubuh yang berkali-kali jatuh sebelum akhirnya bangkit lagi.
Ada pula tawa bersama rekan-rekan Mapala, yang tak pernah bosan memberi semangat. Semua itu menjelma menjadi energi yang membawanya menaklukkan podium.
Bagi UIN Saizu Purwokerto, pencapaian Kukuh adalah bukti nyata bahwa mahasiswa bukan hanya unggul di ruang kuliah, tetapi juga di arena kompetisi.
Nama KMPA Faktapala kini semakin dikenal, bukan hanya sebagai komunitas pecinta alam, tetapi juga sebagai wadah yang mampu melahirkan atlet berprestasi.
Kisah Kukuh Pamungkas adalah pengingat bahwa keberhasilan tidak datang dengan instan. Ia lahir dari keberanian untuk mencoba, dari jatuh yang berkali-kali, dan dari keyakinan bahwa setiap usaha pasti membuahkan hasil.
Ketika Kukuh turun dari podium, ia tidak hanya membawa medali. Ia membawa cerita bahwa mimpi bisa diraih siapa pun yang berani mendaki baik tebing batu maupun tebing kehidupan.