Bangladesh, Serayunews.com – Jutaan pengungsi Rohingya hidup dengan rumah bambu di tengah musim kemarau yang panas di Bangladesh Selatan. Debu tebal menempel di atap rumah yang terbuat dari terpal. Angin meniupkan aroma pesing dan bau apak di sekitar kamp pengungsi yang tersebar di 12 titik di Jamtoli.
Tim Serayunews.com yang mengunjungi kamp Jamtoli pada Selasa 17 April 2018 pukul 12 waktu setempat, mengukur suhu udara yang mencapai 36 derajat celcius. Keringat mengucur deras saat Tim berjalan mengunjungi pos kesehatan dan beberapa pos lain.
Janghir, pemuda 17 tahun beretnis Rohingya yang bekerja di Pos Kesehatan Indonesia, mengaku merasakan panasnya udara.
“Di sini sangat panas di tempat kami di Myanmar tidak seperti ini,” kata Janghir yang sudah tujuh bulan tinggal di kamp pengungsian.
Di Pos Kesehatan ini Janghir bertugas menimbang berat badan pasien baik orang dewasa maupun bayi dan balita. Pasien dewasa yang datang didominasi orang tua, anak, dan perempuan berstatus ibu.
Muhammad Subkhan, dokter yang bertugas di pos kesehatan Indonesia mengatakan penyakit yang melanda mayoritas pengungsi adalah disentri, gangguan pernafasan (ispa), hingga peradangan pada lambung.
“Akibat kekurangan pangan,” kata dokter yang berasal dari Lembaga Kemanusiaan Muhammadiyah Disaster Management Centre.
Bantuan terus mengalir untuk pengungsi Rohingya. Puluhan lembaga dalam dan luar negeri bersinergi menggulirkan program kemanusiaan. Program tersebut diantaranya pemberian bantuan pangan, pembangunan rumah semi-permanen, pemasangan solar panel, pendidikan, hingga trauma healing untuk anak-anak.
Trauma healing dan pengadaan solar panel didistribusikan salah satunya oleh Small Kindness Bangladesh (SKB). Ini adalah lembaga kemanusiaan domestik yang digandeng Forum Zakat (FOZ), Yayasan Dana Sosial Al-Falah (YDSF) Surabaya, Pos Keadilan Peduli Umat (PKPU), dan Yayasan Suluh Insani dari Indonesia.
Sebanyak 150 paket solar panel dibagikan untuk pengungsi di Blok-B di Kamp Jamtoli. Pembangkit listrik tenaga surya ini bisa menghasilkan power 65 watt. Suplai listrik sebesar ini cukup untuk penerangan, kipas angin, dan charging telepon genggam.
“Semoga solar panel ini meringankan kehidupan saudara kita di sini,’ kata Amin Sudarsono dari FOZ.
Selain di Jamtoli, lembaga kemanusiaan Indonesia berencana mendistribusikan bantuan di kamp Teknaf yang berbatasan paling dekat dengan penjagaan Myanmar. Di daerah ini penjagaan militer Bangladesh cukup ketat.
Akbar (Jamtoli, Bangladesh)