SERAYUNEWS —- Generasi Z, anak muda lahir pada 1997-2012 di Indonesia saat ini jumlahnya sekitar 71,5 juta orang. Mereka mendapaat label sebagai generasi rekahan, pengangguran dan pemalas.
Pelabelan yang harus ditanya kembali jika melihat bagaimana Gen Z mampu melakukan revolusi menggulingkan rezim berkuasa.
Ada kegembiraan di jalan-jalan ibu kota Bangladesh, Dhaka, pada hari setelah Perdana Menteri Sheikh Hasina mengundurkan diri.
Ia kabur ke India dengan helikopter menyusul kerusuhan antipemerintah yang mematikan selama berminggu-minggu.
Para mahasiswa mulai berunjuk rasa pada tanggal 1 Juli di Universitas Dhaka yang bergengsi menuntut berakhirnya sistem kuota pemerintah.
Kuota ini menyediakan 30% jabatan pegawai negeri untuk keluarga veteran yang bertempur dalam perang kemerdekaan Bangladesh dari Pakistan pada tahun 1971. Perjuangan tanpa henti akhirnya mampu menggulingkan rezim.
“Ini mungkin merupakan revolusi pertama yang dipimpin oleh Generasi Z yang berhasil,” kata Sabrina Karim, profesor madya pemerintahan di Universitas Cornell, yang mengkhususkan diri dalam studi kekerasan politik.
Berbeda dengan reformasi 1998 di Indonesia, setelah Soeharto terguling kekuasaan diambil alih wakilnya para pendemo tak bisa memegang kendali.
Di Bangladesh, Gen Z memegang kendali penuh. Pemimpin mahasiswa Muhammad Nahid Islam mengatakan mereka belum mencapai semua tujuan mereka.
Setelah pengunduran diri Hasina, kelompok tersebut ingin menghapuskan sistem fasis selamanya. Para Gen Z mengatakan tidak akan menerima pemerintahan yang militer pimpin atau dukung.
Islam, yang berbicara tanpa emosi tetapi tegas di depan umum, mengatakan para mahasiswa tidak akan menerima pemerintahan mana pun yang tentara dukung atau pimpin.
Ia telah mengusulkan agar peraih Nobel Muhammad Yunus menjadi penasihat utama.
“Pemerintah mana pun selain yang kami rekomendasikan tidak akan diterima,” katanya dalam postingan Facebook pada Selasa pagi, (6/8/2024).
Sehari sebelumnya, dengan para pemimpin mahasiswa lain mengapit, Islam yang berjanggut dan berbadan kekar memberi pernyataan kepada wartawan.
“Kami tidak akan menciptakan darah yang tertumpah oleh para martir demi tujuan kami. Kami akan menciptakan Bangladesh yang demokratis melalui janji kami akan keamanan hidup, keadilan sosial, dan lanskap politik baru.”
Gen Z Bangladesh sangat revolusioner. Mereka menciptakan kekuasaan baru bukan memungutnya.
Persis seperti kata Hamka Arendt, kaum revolusioner sebenarnya tidak pernah melakukan revolusi. Mereka hanyalah kelompok yang mengetahui saat kekuasaan jatuh di jalanan, kemudian memungutnya.
Kesadaran adalah matahari dan perjuangan adalah pelaksanaan kota-kota.
Jika sinar matahari sampai ke Indonesia dan membangunkan Gen Z Indonesia, berhati-hatilah para politisi yang selama ini menganggap Gen Z hanya bisa rebahan. ***(Kalingga Zaman)