SERAYUNEWS– Peraih Nobel Bangladesh, Muhammad Yunus ditunjuk sebagai pemimpin pemerintahan sementara negara itu setelah mantan Perdana Menteri Sheikh Hasina mengundurkan diri. Ia kabur ke India pasca demonstrasi besar-besaran yang memakan korban ratusan orang.
Joynal Abedin, sekretaris pers Presiden Mohammed Shahabuddin menyampaikan pengumuman itu pada Rabu, 7 Agustus 2024..
“Anggota lain dari pemerintahan yang dipimpin Yunus akan segera diputuskan setelah berdiskusi dengan partai politik dan pemangku kepentingan lainnya,” ujar Abedin, seperti dikutip Al Jazeera.
Melansir Associated Press (AP), Rabu (7/8/2024), Muhammad Yunus terkenal sebagai bankir masyarakat termiskin di antara masyarakat miskin. Ia juga terkenal sebagai pengkritik Sheikh Hasina ketika masih menjabat sebagai Perdana Menteri Bangladesh.
Pria berusia 83 tahun itu berprofesi sebagai ekonom dan bankir. Yunus mendapat anugerah Nobel Perdamaian tahun 2006 karena memelopori penggunaan kredit mikro untuk membantu masyarakat miskin, khususnya perempuan.
Lahir di Bangladesh pada tanggal 28 Juni 1940, anak ketiga dari sembilan bersaudara ini lahir dan besar dari keluarga berlatar belakang Muslim di desa Bathua, Bangladesh.
Yunus menyelesaikan gelar BA dan MA di Universitas Dhaka, Bangladesh. Setelah lulus, ia mengajar ekonomi di Universitas Chittagong, sebelum menerima beasiswa Fulbright untuk belajar di Amerika Serikat.
Awal 1970-an Yunus kembali ke Bangladesh, saat itu terjadi kelaparan di sana. Ia menyadari bahwa orang miskin membutuhkan akses permodalan dan bank pada umumnya tidak bersedia membantu karena tidak adanya adunan.
Pada 1976, Yunus mengambil tindakan sendiri, meminjamkan sejumlah kecil uang, yang kabarnya $27, kepada 42 wanita setempat yang perlu membeli bahan untuk memproduksi produk mereka. Yunus percaya bahwa orang-orang termiskin mampu bangkit dengan pinjaman mikro.
Penemuan kredit mikro inilah yang membawanya pada awal pembentukan bank Grameen pada tahun 1983. Hingga Juni 2020, Grameen Bank telah memberikan pinjaman senilai $30,48 miliar dolar kepada sebagian orang termiskin di dunia.
Model Grameen Bank ini kemudian direplikasi di banyak negara termasuk Indonesia. Keunikan model ini di pola tanggung renteng secara berkelompok. Selain itu, penerima pinjaman fokus kepada perempuan. Tak heran jika 96% peminjam Grameen adalah perempuan.
Alasan utama fokus pada perempuan karena karena perempuanlah yang paling memikirkan kebutuhan keluarga.
Kemudian, pengalaman memang menunjukkan di kalangan masyarakat miskin, untuk masalah pinjaman perempuan lebih bisa kita percaya daripada laki-laki. ****(Kalingga Zaman)