SERAYUNEWS – Desa Adat Pekuncen-Jatilawang, Banyumas, terus mempertahankan kekayaan budaya dan tradisi Jawa yang kental dengan nuansa mistik.
Masyarakat Desa Pekuncen orang kenal dengan keyakinan Islam Blangkon atau Islam Aboge, di mana masih mempraktikkan ajaran adat Jawa dengan penuh kehormatan.
Sementara itu, Desa Pekuncen menjadi wadah bagi komunitas adat Kejawen yang sangat dipengaruhi oleh tradisi agama Jawa, meski secara pemahaman ibadah berbeda dari umat Islam pada umumnya.
Sebagai informasi, komunitas adat Bonokeling mengakui diri mereka sebagai umat Islam, tetapi praktik ibadah mereka memiliki perbedaan yang mencolok. Oleh karena itu, ritual doa mereka lakukan dalam bahasa Arab dan Jawa, menunjukkan keyakinan khas mereka dalam beribadah kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Tradisi Budaya Jawa di Desa Adat Pekuncen tetap hidup dan terjaga melalui berbagai ritual yang memperkuat kerukunan antarwarga.
Berikut ini beberapa tradisi yang masih mereka lestarikan.
1. Tradisi Turunan (Rampung Puasa): Ritual panen padi yang masyarakat laksanakan setelah puasa Ramadhan.
2. Tradisi Perlon Rikat: Ritual pembersihan lingkungan, perbaikan pagar bambu, dan doa kepada leluhur masyarakat Bonokeling.
3. Tradisi Sedekah Bumi: Pemberian sesaji kepada Sang Khaliq sebagai ungkapan rasa syukur atas rezeki yang masyarakat terima.
4. Tradisi Kupatan Senin Pahing: Doa dengan sesaji berupa kupat slamet setiap Senin Pahing antara pukul 07.00 – 12.00 WIB.
5. Tradisi Unggahan: Ribuan anak putu dan masyarakat penganut Bonokeling menunggu bulan puasa Ramadhan dengan kegiatan serah terima barang bawaan dan penyambutan.
Ritual-ritual tersebut merupakan warisan dari leluhur mereka, Kiai Bonokeling, yang makamnya terletak di Desa Pekuncen. Dengan demikian, keberlanjutan ritual keagamaan ini menjadi bukti akan kekayaan budaya dan keindahan tradisi Jawa masyarakat Desa Adat Pekuncen.