SERAYUNEWS– Uji beban merupakan prosedur yang wajib dilakukan untuk menguji performa struktur dan keamanan jembatan baru. Uji beban telah dilakukan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), sebelum Jembatan Kaca Seruni Point di Kawasan Bromo Jawa Timur dibuka.
Kabarnya, Jembatan Kaca Seruni Point ini bakal segera dibuka untuk umum pada akhir Tahun 2023 ini. Pembukaan belum dilakukan, namun masyarakat dihantui dengan tragedi tewasnya wisatawan yang terjatuh di Jembatan Kaca The Geong Limpakuwus di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. Lalu, bagaimana uji beban di jembatan itu?
Banyak pihak mempertanyakan, tingkat keamanan wahana wisata adrenalin ini. Kepala Balai Geoteknik Terowongan dan Struktur (BGTS), Fahmi Aldiamar dalam keterangan di laman Kemenpupr menyebutkan, uji beban adalah prosedur wajib untuk menguji performa struktur dan keamanan jembatan baru.
Untuk menguji Jembatan Kaca Seruni Point pihaknya menggunakan beberapa instrumen untuk mendapatkan data performa struktur dan kawat-kawat baja pada jembatan selebar 1,8 meter dan 3 meter ini. Salah satu instrumen yang digunakan Total Station (TS).
Ini untuk mengukur displacement atau pergeseran titik ukur saat jembatan dilewati beban manusia. Demi keamanan, loading test jembatan kaca ini dilakukan menggunakan karung berisi pasir seberat 70 kilogram atau merepresentasikan berat satu orang dewasa.
Karung-karung tersebut diletakkan di lantai jembatan dengan jarak masing-masing 75 sentimeter. Dalam loading test ini, tim BGTS hanya menggunakan total beban sebesar tujuh ton atau setara 100 orang. Dia menambahkan, bahwa berat tersebut hanya sepuluh persen dari kapasitas desain jembatan.
Menurut dia, pertama pihaknya melakukan tes saat beban nol, kemudian lima puluh persen, seratus persen, turun lagi ke lima puluh persen, hingga kembali ke nol persen. Selain mengukur displacement menggunakan TS, loading test juga mengukur performa kabel-kabel baja penopang.
Juga pada frame baja jembatan yang dibangun melintasi jurang sedalam 80 meter ini. Untuk frekuensi struktur dan regangan kabel, BGTS menggunakan alat accelerometer dan strain gauge untuk melihat regangan frame baja.
“Semakin kecil angka microstrain yang didapat, semakin bagus,” ujarnya.
Pihaknya juga sudah melakukan pengetesan kaca di laboratorium uji milik BGTS di Bandung, Jawa Barat. Lantai kaca yang diuji tersebut terdiri dari dua lapisan kaca dengan ketebalan masing-masing 12 milimeter dan direkatkan menggunakan lapisan vinyl interlayer.
Kaca laminated tempered yang digunakan sudah sangat kuat. Saat terjadi kerusakan, tidak akan langsung pecah berkeping-keping namun pecahan berbentuk kubus-kubus kaca. “Kita sudah tes di lab. Meskipun kacanya retak masih bisa menahan beban tiga orang dewasa,” jelasnya.
Secara konstruksi, Jembatan Kaca Seruni Point membentang sepanjang 120 meter. Jembatan kaca ini tergolong sebagai jembatan gantung pejalan kaki. Jembatan kaca ini ditopang enam kabel baja di masing-masing sisi bagian bawah. Konsekuensinya, deck jembatan kaca ini melandai ke bawah.
Wahana jembatan kaca yang pecah di Banyumas, kabarnya tidak dilakukan uji kelayakan. Imbas dari insiden Jembatan Kaca The Geong Limpakuwus, seluruh wahana jembatan kaca di Kabupaten Banyumas ditutup sementara. Penutupan tersebut, setelah adanya surat PJ Bupati Banyumas, Hanung Cahyo Saputro kepada pengelola wahana wisata jembatan kaca.