SERAYUNEWS– Rektor Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto, Prof Akhmad Sodiq mengukuhkan Lima Guru Besar di Auditorium Graha Widyatama Prof Rubijanto Misman kampus setempat, Kamis (9/11/2023). Pemikiran mereka dinilai memiliki kekayaan ide yang solutif dan konstruktif.
Pertama, Prof Heru Adi Djatmiko. Dia dikukuhkan sebagai Guru Besar atau Profesor dalam Bidang Ilmu Bakteriologi Tanaman. Prof Heru menyampaikan orasi ilmiah dengan judul “PGPR (Plant Growth-Promoting Rhizobacteria) Dalam Pertanian Berkelanjutan”.
Dia memaparkan, PGPR merupakan bakteri rizosfer pemacu pertumbuhan tanaman yang berperan langsung meningkatkan pertumbuhan tanaman dan secara tidak langsung melalui perannya sebagai biokontrol dan menginduksi ketahanan tanaman.
Menurutnya peran PGPR terhadap pertanian berkelanjutan adalah sebagai substitusi pupuk dan pestisida kimia sintetik yang ramah lingkungan. Selain itu prospek PGPR dapat dibuat formula yang mudah, praktis, ramah lingkungan, aman bagi kesehatan tanaman dan manusia.
Kedua, Prof Oedjijono yang dikukuhkan sebagai Profesor dalam Bidang Ilmu Mikrobiologi. Dalam orasi ilmiahnya menyampaikan judul “Bakteri Tanah Pasir Besi untuk Agensia Biofertilizer dan Bioremediasi Limbah Tercemar Logam Berat”.
Disampaikan, mekanisme isolat bakteri dalam menoleransi dan mereduksi logam berat disebabkan oleh kemampuannya dalam mengakumulasi ion logam baik di dalam sel (absorpsi) maupun di luar sel (adsorpsi).
Mekanisme tersebut antara lain melalui proses produksi eksopolisakarid, kelasi, presipitasi, pertukaran ion, bioleaching, enzyme-catalysed transformation, dan pompa efflux.
Hasil kajiannya, beberapa genera bakteri asal tanah pasir besi memiliki potensi untuk pemulihan ekosistem yang tercemar logam berat, karena memiliki kemampuan merubah ketersediaan logam di lingkungan menjadi mudah diserap maupun menjadi tidak toksik dan tidak reaktif.
“Berdasarkan studi yang sudah dilakukan, beberapa genera bakteri asal tanah pasir besi berpotensi baik sebagai agensia biofertilizer (pupuk hayati) maupun agensia bioremediasi lingkungan tercemar logam berat,” ungkap Prof Oedjijono.
Ketiga, Prof Dwi Sunu Widyartini sebagai Profesor dalam Bidang Ilmu Fikologi. Dalam orasi ilmiahnya dia menyampaikan judul “Potensi Alga Cokelat Sargassum Dalam Industri Batik yang Ramah Lingkungan”.
Disampaikan, rumput laut Sargassum memiliki prospek untuk dikembangkan sebagai bahan penghasil alginat. Meskipun tumbuh melimpah dan banyak keanekaragaman spesiesnya, namun keberadaannya melimpah hanya pada musim tertentu, perlu budidaya yang intensif sehingga berkelanjutan.
Menurutnya, Alginat yang terkandung dalam Sargassum berperan penting dalam berbagai industri, termasuk dalam pencapan batik. Penelitian lanjutan diperlukan untuk pengujian mutu kain batik dan pewarnaan yang tepat, tidak luntur, tetapi tetap ramah lingkungan dan berkelanjutan.
Keempat, Prof Poppy Arsil sebagai Profesor dalam Bidang Ilmu Manajemen Pangan. Dalam orasi ilmiahnya dia menyampaikan judul “Enhancing Quality of Life : The Benefits of Halal and Locally Sourced Foods”.
Dikatakan, atribut pangan lokal diantaranya murah, kualitas baik sehat dan unik dan mendukung petani dan ekositem lokal. Kualitas produk meliputi nilai gizi, lebih sehat, natural dan segar menjadi pertimbangan utama konsumer dalam membeli pangan lokal.
Menurutnya, kebanggaan pada pangan lokal (ethnocentrims) juga menjadi indikator preferensi pangan lokal di pasar modern. Selain itu kemudahan dalam proses dan pengolahan pangan merupakan pertimbangan penting bagi konsumer, karena gaya hidup yang lebih simpel dengan karakteristik pendapatan dan pendidikan yang lebih tinggi.
Sistem pangan lokal memiliki efek berganda terhadap nilai sosial dan ekonomi antara petani sebagai produser dan konsumer sebagai pengguna. Bagi konsumer, membeli pangan lokal berarti memperkuat ekonomi lokal. Hal ini menunjukkan bahwa pangan lokal mampu memberikan efek positif terhadap perekonomian lokal.
Dijelaskan Prof Poppy, salah satu strategi yang bisa dikembangkan untuk mendekatkan masyarakat kota dengan pangan lokal adalah membuat “direct market”.
Misalnya penjualan langsung dari petani ke konsumer melalui saluran pemasaran “Pasar Petani” atau farmer market. Kemudian mengembangkan komunitas masyarakat kota yang mendukung pertanian lokal dan mempromosikan pangan lokal secara lebih terarah dan tepat sasaran.
Kelima, Prof Sofa Marwah sebagai Profesor dalam Bidang Ilmu Analisis Politik Indonesia. Dalam orasi ilmiahnya, dia menyampaikan judul “Politik Indonesia Dalam Dimensi Kultural: Membingkai Keterwakilan Politik Berbasis Keragaman Kelompok”.
Dijelaskan, Politik Indonesia hendaknya dipahami dalam spektrum yang luas, berlangsung dalam konteks politik yang beragam, baik dalam lingkup nasional, daerah maupun desa. Kesadaran terhadap keragaman tersebut akan berkontribusi pada penguatan agenda demokrasi, untuk menipiskan isu kesenjangan antar kelompok.
“Era kebijakan desentralisasi menjadi ruang politik yang terbuka bagi para pengambil kebijakan untuk mendesain kebijakan relevan. Partai politik diharapkan dapat secara peka memahami hal tersebut dan mengawalnya, sesuai fitrah partai politik yang sesungguhnya,” terang dia.
Dikatakan, model keterwakilan politik berbasis keragaman kelompok yang disajikan di sini barangkali menjadi awalan untuk merajut setiap keragaman yang kita miliki di nusantara ini. Hal itu dapat menggambarkan Politik Indonesia yang sesungguhnya.