SERAYUNEWS – Pengelola Museum Prof. Dr. R. Soegarda Poerbakawatja Purbalingga melakukan kajian terhadap koleksi pribadi milik Prof. Dr. Soegarda Poerbakawatja. Kajian ini lebih fokus pada dokumen-dokumen pribadi milik Prof. Dr. R. Soegarda Poerbakawatja. Yang mana, dokumen itu, selama ini tersimpan di ruang penyimpanan koleksi museum.
“ Tim ahli dan pengkaji dari Yogyakarta, yang dipimpin oleh Agra Bayu Rahadi, S.S., M.A,” kata Kepala Bidang Kebudayaan pada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Purbalingga, Wasis Andri Wibowo, S.Pd, Senin (6/11/2023).
Dia menjelaskan bahwa hasil kajian tersebut akan memberi nilai tambah bagi Museum Soegarda. Khususnya dari aspek koleksi. Selama ini informasi tentang Soegarda Poerbakawatja memang masih terbatas. “Kita tahunya, sebatas Pak Soegarda ini adalah pendiri dan rektor pertama Universitas Cendrawasih,” kata Wasis.
Padahal, koleksi dokumen menunjukkan Soegarda Poerbakawatja punya pengalaman yang banyak dalam dunia pendidikan. Baik di era kolonialisme Belanda dan Jepang maupun era kemerdekaan. “Dia pernah mengajar di Lampung hingga di Banyumas. Bahkan dari dokumen berbahasa Jawa di keraton Jogjakarta, diketahui bahwa Soegarda pernah menjadi kepala sekolah HIS keputran yang khusus ngajarin anak raja,” ungkap Wasis.
Kurator Museum Soegarda Poerbakawatja, Anita Ika Cahyani menjelaskan ada sekitar 40 dokumen yang akan dikaji. Di antaranya, surat keterangan lahir, ijazah hingga dokumen penugasan kerja. “Sebagai orang yang lahir tahun 1899, tentunya Soegarda memiliki dokumen berbahasa Jawa dan Belanda. Bahkan aksara Jawa,” kata Anita.
Anita menjelaskan, setelah penterjemahan dan pengkajian, koleksi pribadi Soegarda tersebut bisa dipajang di museum yang ada di pusat Kota Purbalingga ini. Selama ini, koleksi dokumen hanya bisa ada di ruang penyimpanan. Kami tidak berani menyajikan, karena belum melalui kajian. “Terutama dokumen-dokumen yang berbahasa asing,” jelas Anita.
Tim pengkaji, Agra Bayu Rahadi, S.S., M.A. menjelaskan kondisi dokumen yang sudah berumur akan membuat dokumen menjadi rapuh. Sehingga, butuh kehati-hatian dalam pengajian. Melihat banyaknya dokumen yang ada, Agra Bayu menyarankan agar kedepannya Museum Prof. Dr. R. Soegarda Poerbakawatja Purbalingga melakukan konservasi koleksi khusus kertas.
“Karena dokumen-dokumen ini merupakan bukti autentik perjalanan Soegarda di dunia pendidikan tanah air. Sehingga, kondisi dokumen akan tetap utuh,” imbuhnya.